Musthafa Abd Rahman
Sejak pukul 09.00 hari Senin waktu setempat, kendaraan Libya terus berdatangan dari Libya untuk menyeberang ke Mesir. Di sepanjang jalan antara kota Marsa Matrouh dan Sallum (Mesir) yang berjarak sekitar 220 kilometer sering terlihat kendaraan keluarga Libya yang melaju dari arah perbatasan menuju Mesir.
Tindakan warga Libya dan warga asing hengkang dari Benghazi dan kota-kota lain di wilayah Libya timur terjadi setelah pasukan loyalis Moammar Khadafy sejak Selasa lalu bergerak menuju Benghazi setelah berhasil menguasai sebagian kota Ajdabiya (160 kilometer di selatan Benghazi).
Meski demikian, diberitakan ada gerakan penduduk Benghazi yang kembali lagi ke kota itu setelah Barat mulai Sabtu malam menggempur posisi pasukan loyalis Khadafy di sekitar Benghazi. Kota terbesar kedua di Libya itu—berpenduduk hampir satu juta jiwa—relatif sudah tenang.
Pemandangan menonjol lain di sekitar perbatasan adalah militer Mesir menempatkan tank- tank dalam jumlah besar dengan posisi siap tembak ke arah Libya. Ketika Kompas melintasi perbatasan itu, pekan lalu, tank tersebut belum terlihat. Akan tetapi, situasi perbatasan secara umum tampak tenang. Tidak tampak ada ketegangan.
Menurut warga Libya asal Benghazi yang ditemui di perbatasan Libya-Mesir, Saleh Amin (40), situasi sangat tegang di Benghazi dan kota-kota lain di wilayah Libya timur terjadi hari Kamis hingga Sabtu ketika pasukan loyalis Khadafy sudah memasuki pinggiran kota Benghazi.
”Pada saat itu banyak warga Benghazi yang lari ke Mesir. Saya sendiri meninggalkan Benghazi pada Sabtu malam dan tiba di Sallum hari Minggu pagi,” ungkap Amin.
Namun, lanjut Amin, setelah pesawat tempur Perancis mulai menggempur pasukan loyalis Khadafy, Sabtu malam, penduduk Benghazi mulai kembali lagi ke kota itu.