Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Hengkang ke Mesir

Kompas.com - 22/03/2011, 04:27 WIB

Musthafa Abd Rahman

Sallum, Kompas - Pintu gerbang perbatasan Mesir-Libya di Sallum, Senin (21/3), terlihat lebih tenang. Telah terjadi eksodus besar-besaran warga Libya dan warga asing dari wilayah Libya timur ke Mesir selama lima hari terakhir ini. Namun, kendaraan beridentitas Libya terus melintasi perbatasan.

Sejak pukul 09.00 hari Senin waktu setempat, kendaraan Libya terus berdatangan dari Libya untuk menyeberang ke Mesir. Di sepanjang jalan antara kota Marsa Matrouh dan Sallum (Mesir) yang berjarak sekitar 220 kilometer sering terlihat kendaraan keluarga Libya yang melaju dari arah perbatasan menuju Mesir.

Tindakan warga Libya dan warga asing hengkang dari Benghazi dan kota-kota lain di wilayah Libya timur terjadi setelah pasukan loyalis Moammar Khadafy sejak Selasa lalu bergerak menuju Benghazi setelah berhasil menguasai sebagian kota Ajdabiya (160 kilometer di selatan Benghazi).

Meski demikian, diberitakan ada gerakan penduduk Benghazi yang kembali lagi ke kota itu setelah Barat mulai Sabtu malam menggempur posisi pasukan loyalis Khadafy di sekitar Benghazi. Kota terbesar kedua di Libya itu—berpenduduk hampir satu juta jiwa—relatif sudah tenang.

Pemandangan menonjol lain di sekitar perbatasan adalah militer Mesir menempatkan tank- tank dalam jumlah besar dengan posisi siap tembak ke arah Libya. Ketika Kompas melintasi perbatasan itu, pekan lalu, tank tersebut belum terlihat. Akan tetapi, situasi perbatasan secara umum tampak tenang. Tidak tampak ada ketegangan.

Menurut warga Libya asal Benghazi yang ditemui di perbatasan Libya-Mesir, Saleh Amin (40), situasi sangat tegang di Benghazi dan kota-kota lain di wilayah Libya timur terjadi hari Kamis hingga Sabtu ketika pasukan loyalis Khadafy sudah memasuki pinggiran kota Benghazi.

”Pada saat itu banyak warga Benghazi yang lari ke Mesir. Saya sendiri meninggalkan Benghazi pada Sabtu malam dan tiba di Sallum hari Minggu pagi,” ungkap Amin.

Namun, lanjut Amin, setelah pesawat tempur Perancis mulai menggempur pasukan loyalis Khadafy, Sabtu malam, penduduk Benghazi mulai kembali lagi ke kota itu.

Serangan terlambat

Amin mengatakan, aksi pesawat tempur Barat terlambat menggempur pasukan loyalis Khadafy di dekat Benghazi dan Ajdabiya. Sudah terlalu banyak korban sipil yang berjatuhan. Banyak pula warga yang hengkang dari rumah mereka menuju Mesir atau kota-kota lain yang lebih aman di Libya timur. Sebelumnya serangan pasukan Khadafy sangat gencar.

”Sampai sekarang tidak ada yang tahu jumlah korban yang jatuh di kota Ajdabiya setelah sempat dikontrol oleh pasukan Khadafy. Kota itu sampai sekarang masih dikepung pasukan loyalis Khadafy. Juga tidak ada tim medis yang masuk kota itu selama tiga hari terakhir ini,” ungkap Amin.

Logistik dari Mesir

Menurut dia, Khadafy sesungguhnya berusaha habis-habisan mengerahkan semua kekuatan militer agar bisa menguasai Benghazi dan selanjutnya menguasai perbatasan Mesir-Libya. ”Jika Khadafy bisa menguasai perbatasan Mesir-Libya, kaum revolusioner bisa kehilangan jalur utama suplai logistik, yang selama ini masuk melalui Mesir,” ujar Amin.

Namun, lanjut Amin, kini keadaan sudah terbalik. Posisi Khadafy telah terdesak setelah diberlakukan zona larangan terbang oleh Dewan Keamanan PBB. ”Jika pesawat tempur Barat berhasil melumpuhkan mesin militer Khadafy, rezim Khadafy akan tumbang dalam 10 atau 15 hari mendatang,” katanya lagi.

Warga Benghazi yang baru tiba di Sallum, Abdel Basit (35), mengatakan, ia tetap memilih lari dari Benghazi. Khadafy, menurut dia, sudah berhasil menyusupkan loyalis-loyalisnya secara rahasia ke kota itu.

”Kota Benghazi tetap kurang aman karena loyalis Khadafy yang menyamar setiap saat menembaki penduduk. Masih cukup banyak warga kota Benghazi yang memilih hengkang ke Mesir,” ungkap Abdel Basit.

Menurut pejabat urusan imigrasi perbatasan di Sallum, Mayjen Magdi Saleh, jumlah warga Libya terbesar yang lari ke Mesir terjadi pada Sabtu lalu, yaitu 2.320 orang.

”Secara berturut-turut pada hari Selasa (15/3) ada 1.211 warga Libya yang menyeberang ke Mesir, hari Rabu (16/3) ada 1.490 warga Libya. Pada hari Kamis ada 818 orang, hari Jumat ada 2.310 orang, dan hari Minggu sebanyak 1.515 warga Libya hengkang ke Mesir,” ungkap Magdi Saleh sambil menunjukkan data tertulisnya kepada Kompas.

Magdi Saleh mengatakan, Pemerintah Mesir berusaha memberikan kemudahan bagi warga Libya atau warga asing yang ingin berlindung di Mesir atau menghindari aksi kekerasan di Libya. ”Sampai sekarang situasi di perbatasan masih bisa dikendalikan,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com