Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang di Simpang Jalan Nuklir

Kompas.com - 20/03/2011, 03:13 WIB

Dilema ini bisa dilihat dari perbedaan sikap beberapa media utama Jepang saat Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon dan Duta Besar AS untuk Jepang John Roos untuk pertama kali menghadiri Upacara Peringatan Perdamaian Hiroshima, 6 Agustus 2010. Harian Yomiuri Shimbun mengatakan dalam editorialnya, seruan Wali Kota Hiroshima Tadatoshi Akiba agar Pemerintah Jepang menarik diri dari payung nuklir AS dan menetapkan tiga prinsip nonnuklir menjadi undang-undang adalah pernyataan yang jauh dari kenyataan.

Harian tersebut bahkan mendesak, ”Kita harus mempertimbangkan untuk mengizinkan kapal-kapal yang membawa senjata nuklir berlabuh atau melintasi wilayah Jepang agar kemampuan perlindungan AS berfungsi penuh.”

Sebaliknya, harian Asahi Shimbun justru memandang kehadiran Duta Besar Roos sebagai sinyal harapan bahwa pemusnahan senjata nuklir global bisa benar-benar diwujudkan. ”Kita harus menyusun sebuah pemusnahan senjata nuklir dan membuatnya menjadi kebijakan (resmi). Lebih dari itu, kita juga perlu membuat jaringan untuk mengepung (negara-negara) kekuatan nuklir melalui negosiasi diplomatik yang terus menerus,” demikian isi editorial koran itu, 6 Agustus tahun lalu.

Kenyataan terbaru di lapangan sebenarnya tak perlu membuat Jepang berlarut-larut dalam dilema ini. Dari sisi peran pertahanan, Ketua Dewan Pengarah Hiroshima Peace Culture Foundation Steven L Leeper mengatakan, perlucutan senjata nuklir global sudah mendekati keniscayaan bagi negara-negara pemilik senjata nuklir.

”Pilihannya hanya dua, pemusnahan sama sekali semua senjata nuklir di dunia atau membiarkan semua pihak memiliki senjata nuklir,” ujar Leeper. Negara-negara itu jelas tak mungkin memilih pilihan kedua.

Dari sisi kebutuhan energi, pemanfaatan PLTN sudah mulai ditinggalkan oleh negara-negara maju yang lain, seperti Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel, yang ingin memperpanjang masa pakai beberapa PLTN di negara itu, mengatakan, yang terjadi di PLTN Fukushima I membuat segalanya berubah. ”Jika negara dengan teknologi secanggih Jepang saja bisa mengalami apa yang (selama ini dianggap) mustahil terjadi, segalanya berubah,” ujar Merkel di hadapan Parlemen Jerman, Selasa, seperti dikutip AFP.

Merkel menegaskan, Jerman akan segera meninggalkan era nuklir untuk memenuhi kebutuhan energinya dan beralih ke sumber-sumber energi terbarukan.

Dan yang lebih penting lagi bagi Jepang adalah keinginan rakyatnya sendiri. Anak-anak SMA di Nagasaki, yang sudah dua tahun ini menjalankan kampanye pengumpulan 10.000 tanda tangan untuk mendesak perlucutan senjata nuklir dunia, menegaskan, mereka ingin Jepang tak lagi memanfaatkan energi nuklir pada masa depan.

”Kami takut dengan nuklir. Jepang membutuhkan sumber energi baru. Entah bagaimana caranya,” kata Keiji Suzuki (18), siswa SMA Nagasaki West, Kamis (17/3).

Tentu saja, tidak akan mudah bagi Jepang untuk mewujudkan sumber-sumber energi baru itu dalam waktu dekat. Kekurangan pasokan energi akan dirasakan sementara waktu. Namun, kemampuan dan ketangguhan orang-orang Jepang sudah terbukti pada masa lalu, seharusnya bisa membuka lembaran baru, meninggalkan kutukan nuklir untuk selamanya. Jepang adalah negara dengan semangat baja dan akan mengatasi sendiri segala persoalan yang dihadapi secara mandiri. Dunia pun yakin itu akan terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com