Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libya Naikkan Potensi Krisis Global

Kompas.com - 11/03/2011, 07:42 WIB
Oleh: Musthafa Abd Rahman

BENGHAZI, KOMPAS.com — Serangan udara pasukan loyalis Moammar Khadafy menyasar kilang-kilang minyak utama Libya di Ras Lanuf, Kamis (10/3). Senjata antiserangan udara milik kaum revolusioner relatif usang dan tak bisa mengusir pesawat tempur pro-Khadafy. Hal itu memperburuk sentimen pasar soal potensi krisis ekonomi yang didorong kenaikan harga minyak.

Pesawat tempur loyalis Khadafy, sejak Rabu siang, menggempur kilang-kilang minyak di Ras Lanuf, Sidra, dan Brega di Libya timur. Pasukan Khadafy tampak jengkel karena tak berhasil merebut kembali Libya timur dan menggempur secara membabi buta kilang-kilang minyak di kota-kota tersebut.

Akibat serangan pasukan pro-Khadafy, sekitar 80 persen infrastruktur pelabuhan minyak Sidra hancur. Cadangan minyak di kota minyak Brega dilaporkan habis. Kegiatan ekspor minyak dari kota Zawiyah di Libya barat terhenti. Produksi minyak Libya turun hingga 500.000 barrel dari 1,6 juta barrel per hari.

Krisis Libya mengirimkan sinyal buruk kepada para pelaku pasar di bursa global sehingga indeks saham di dunia berjatuhan. ”Harga minyak (sekitar 104 dollar AS per barrel) kini menjadi keprihatinan pasar,” kata Jackson Wong, Wakil Presiden Tanrich Securities di Hongkong, Kamis.

Hal ini menambah faktor pendorong krisis ekonomi global baru karena dunia sudah dibebani kenaikan harga-harga komoditas. Di Washington, Amerika Serikat, para ekonom Dana Moneter Internasional (IMF), Kamis, juga memperingatkan bank-bank besar global yang belum pulih dari resesi 2008 kini berpotensi besar menghadapi lagi krisis serupa 2008 akibat kegagalan ekonomi AS.

Secara empiris, akumulasi kenaikan harga minyak global relatif mampu memunculkan krisis ekonomi global.

Khadafy dekati Barat

Untuk mempercepat berakhirnya krisis di Libya, rakyat Libya di Benghazi menggelar unjuk rasa meminta Barat segera memberlakukan zona larangan terbang di atas Libya, mengingat keunggulan pesawat tempur pro-Khadafy. Juru bicara Dewan Nasional Transisi (DNT), Abdul Hafid Ghaqoh, menegaskan dukungan pada pemberlakuan zona larangan terbang agar para korban tidak berjatuhan lagi.

Ghaqoh mengatakan, kontak dengan sejumlah negara sudah dilakukan intensif untuk mendapatkan dukungan dan pengakuan. ”Delegasi Italia telah datang ke Benghazi untuk membuka pembicaraan dengan DNT,” ungkap Ghaqoh.

Walaupun pasukan Khadafy terus menggempur kota-kota yang dikuasai oposisi, kekhawatiran akan tekanan Barat juga mencuat. Seorang pejabat Barat mengatakan, sebuah pesawat Pemerintah Libya telah mendarat di Paris, Perancis, Rabu malam.

Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini, Kamis di Brussels, Belgia, mengatakan, rezim Libya mulai melakukan kontak-kontak dengan Barat. Utusan khusus Khadafy juga sudah dikirim ke Mesir.

Tidak dijelaskan apa misi para utusan khusus Khadafy itu. Sebelumnya Khadafy mencoba meyakinkan Barat bahwa ia adalah sekutu yang dibutuhkan Barat di Afrika Utara untuk memerangi terorisme. Khadafy sekaligus mengingatkan bahwa Al Qaeda akan semakin berkuasa jika dia terjungkal dari kekuasaan.

Namun, pihak DNT menegaskan, kini di Libya sudah menguat persepsi bahwa rezim Khadafy secara de facto sudah usai dan hampir tidak ada lagi yang percaya kepada rezim Khadafy. (REUTERS/AP/AFP/MON/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com