Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Tetes Darah Terakhir

Kompas.com - 24/02/2011, 10:00 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com — Suasana kota-kota yang dilanda aksi unjuk rasa di Libya, Rabu (23/2/2011), mencekam setelah pemimpin Libya Moammar Khadafy bersikeras tidak mau turun. Ia lebih memilih membunuh, berperang sampai tetes darah terakhir, meski sudah sekitar 1.000 warganya tewas. Khadafy bertekad membersihkan lawannya dari ”rumah ke rumah” dan ”sedikit demi sedikit”.

Pada Rabu, unjuk rasa massa oposisi masih menggelora di Tripoli, Benghazi, Al-Bayda, Misurata, dan kota-kota lain. Saksi mata melaporkan, suasana ibu kota negara mencekam. Tentara nasional dan bayaran dari negara lain bahkan menembak membabi buta menghalau massa oposisi.

Seperti dilaporkan AFP, demonstran diberondong tembakan tentara yang setia kepada Khadafy. Suara tembakan terdengar di banyak tempat setelah Khadafy menegaskan bahwa ia tidak akan turun hanya karena tekanan aksi protes massa.

Jumlah korban tewas makin banyak. Jika sebelumnya korban tewas diperkirakan mencapai lebih dari 300 orang, Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini pada Rabu mengatakan, jumlahnya mencapai 1.000 orang.

”Kami yakin, sebuah perkiraan yang dapat dipercaya, jumlah korban tewas telah mencapai 1.000 orang,” katanya dalam pidato di depan sebuah organisasi di Roma sebelum pertemuannya dengan parlemen untuk membahas kerusuhan di Libya.

Tetes darah terakhir

Selasa malam, Khadafy, saat tampil di televisi, bertekad membersihkan para demonstran. Ia memerintahkan tentara dan polisi turun ke jalan pada Rabu untuk menyapu dengan cara apa saja terhadap demonstran yang disebutnya sebagai ”kecoa” dan ”tikus”. Ia memilih berperang hingga tetes darah terakhir melawan rakyatnya itu ketimbang diturunkan paksa.

Khadafy berpidato dengan berapi-api. Sesekali ia berteriak dan mengepalkan tangan menggebrak podium. Diktator yang telah menguasai Libya lebih dari 41 tahun ini takut jatuh dari kursi kekuasaannya. Ia menyerukan agar rakyat pendukungnya keluar rumah menyerang para ”kecoa” dan ”tikus”.

”Kalian semua, pria dan wanita, yang mencintai Khadafy, keluarlah dari rumah dan kuasai jalan-jalan. Seranglah mereka hingga ke sarang-sarangnya,” kata Khadafy bernada emosional.

Sambil menggebrak podium, Khadafy mengatakan, ”Libya ingin kejayaan, Libya ingin berada di puncak dunia. Saya seorang pejuang, revolusioner dari barak, saya ingin mati syahid.” Ia lalu bersumpah akan ”berjuang hingga tetes darah terakhir”. Khadafy menyebut demonstran sebagai pemuda sesat yang telah diberi obat dan uang oleh ”kelompok kecil yang sakit”.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com