Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Berjatuhan

Kompas.com - 20/02/2011, 03:17 WIB

Tripoli, Sabtu - Kian banyak korban menyusul sikap keras Pemerintah Libya mengatasi unjuk rasa antipemerintah. Organisasi pengawas hak asasi manusia, Human Rights Watch, mengutip staf rumah sakit dan saksi mata di Benghazi, Sabtu (19/2), mengestimasi korban tewas mencapai 84 orang.

”Pasukan keamanan menembaki penduduk dan pengunjuk rasa hanya karena mereka menginginkan perubahan dan akuntabilitas,” ujar Human Rights Watch mengutip saksi mata.

Ribuan pengunjuk rasa memenuhi jalan-jalan di Benghazi dan kota-kota lain di bagian timur, Jumat, sehari setelah pecah bentrokan yang menewaskan 49 orang. Aksi lanjutan ini kembali dibubarkan paksa oleh tentara.

”Sumber di rumah sakit menyebut, serangan pasukan keamanan menewaskan 35 orang lagi di Benghazi,” kata Human Rights Watch.

Ulama Benghazi, Abellah al-Warfali, kepada televisi Al Jazeera mengatakan, sedikitnya 16 korban dikuburkan pada hari Sabtu, kebanyakan tewas karena luka tembak di kepala dan dada.

”Saya melihat sebuah tank menggilas sebuah mobil dengan dua orang di dalamnya. Padahal, mereka sama sekali tak membahayakan orang lain,” ujarnya.

Hingga hari kelima unjuk rasa itu, belum ada pernyataan dari Pemimpin Libya Moammar Khadafy, yang menjadi target pengunjuk rasa untuk digulingkan. Namun, televisi pemerintah memperlihatkan Khadafy muncul dalam unjuk rasa pendukung pemerintah di Tripoli, Kamis.

Harian Quryna yang dikabarkan dikontrol oleh anak Khadafy memberitakan, 24 orang tewas di Benghazi hari Jumat. Pasukan keamanan terpaksa melepaskan tembakan karena demonstran menyerbu markas polisi dan detasemen militer tempat penyimpanan senjata.

Jumlah korban yang simpang siur dan kondisi terakhir diperoleh melalui telepon dengan staf rumah sakit dan saksi mata karena Pemerintah Libya menghalangi media asing meliput unjuk rasa. Situs jaring sosial Facebook diblokir. Arbor Networks, lembaga penelusur lalu lintas jaringan di AS, mengatakan, layanan internet diputus pada Sabtu dini hari.

Situasi ibu kota Tripoli dikabarkan tenang, Sabtu, setelah unjuk rasa tandingan yang digelar pendukung Khadafy. Adapun televisi pemerintah dan kantor berita JANA terbatas hanya melaporkan aksi yang digelar kelompok propemerintah.

Sebaliknya, situasi di Benghazi bertambah tegang karena polisi tak lagi terlihat di jalan-jalan dan perkampungan. Warga pun membuat patroli lingkungan karena khawatir serangan dari kelompok pendukung Khadafy.

”Kami tak melihat seorang pun polisi di jalan. Warga terpaksa menjaga rumah dan lingkungannya masing-masing,” ujar pengacara di Benghazi yang tak mau disebut identitasnya.

Kecaman

Sikap keras rezim Khadafy mengundang kecaman internasional. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mencela upaya memberantas pengunjuk rasa itu sebagai ”tak dapat diterima dan menakutkan”.

Inggris mengecam keras penggunaan senjata berat dan penembak jitu dalam menangani pengunjuk rasa. ”Saya mendesak pemerintah tak menggunakan kekerasan dan mengendalikan tentara,” ujar Hague.

”Absennya kamera televisi seharusnya tidak mengalihkan fokus dunia internasional dari tindakan Pemerintah Libya,” tambah Hague.

Kondisi yang memanas membuat Pemerintah Turki bersiap mengungsikan warganya dari Libya. Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, repatriasi warga Turki dari Libya akan segera dimulai Sabtu.

Dua penerbangan khusus meninggalkan Istanbul untuk menjemput sekitar 670 warga Turki. Pesawat itu juga membawa 1,5 ton bahan makanan untuk komunitas Turki yang tinggal di Benghazi.

Liga Arab menegaskan, rencana pertemuan tingkat tinggi di Baghdad, 29 Maret, harus jalan terus. Pernyataan ini menanggapi seruan Libya yang mendapat giliran menjadi Presiden Liga Arab, pekan lalu, untuk menunda pertemuan.

Namun, Sekretariat Kantor Pusat Liga Arab di Kairo menyatakan belum menerima permintaan resmi untuk menunda pertemuan tingkat tinggi itu.

”Kami menekankan pentingnya pertemuan itu berlangsung sesuai jadwal. Diperlukan kerja sama intensif untuk mengatasi perkembangan memilukan yang dihadapi dunia Arab,” ujar Liga Arab. (AP/AFP/REUTERS/WAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com