Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unta di Alun-alun Pembebasan

Kompas.com - 05/02/2011, 09:16 WIB
Trias Kuncahyono

Menyaksikan aksi para penunggang unta dan kuda yang bersenjatakan cemeti melawan massa rakyat di Alun-alun Pembebasan, Kairo, Mesir, hari Kamis (3/2) seperti menonton sebuah film saja. Massa rakyat antipemerintah Hosni Mubarak kocar-kacir, tercerai- berai diterabas unta dan kuda. Cemeti di tangan penunggang unta dan kuda mematuk-matuk mencari mangsa.

Ringkik kuda yang berlari ke sana kemari dan tiba-tiba berhenti sambil mengangkat kedua kaki depannya membuat orang keder. Lenguhan unta mempergaduh suasana. Alun-alun Pembebasan pun berantakan; orang berlari saling tabrak, pada saat yang bersamaan batu beterbangan dilemparkan oleh kedua belah pihak, baik yang pro maupun anti-Mubarak.

Munculnya unta dan kuda melengkapi gerakan perlawanan rakyat terhadap pemerintah Presiden Hosni Mubarak yang sudah berjalan lebih dari 10 hari. Semula yang berkeliaran di jalan-jalan kota Kairo, setelah terjadi bentrok antara rakyat dan polisi, adalah tank-tank militer yang disambut penuh kehangatan oleh rakyat. Kini unta dan kuda masuk ke gelanggang, disambut lemparan batu.

Sejarah mencatat, pertama kali unta digunakan sebagai kendaraan militer adalah dalam Perang Thymbra pada tahun 547 SM. Peperangan terjadi antara pasukan Persia di bawah pimpinan Cyrus Agung, juga dikenal sebagai Cyrus II atau Kurash atau Kuros, dan pasukan Lydia di bawah pimpinan Coresus.

Menurut Xenophon (430-354 SM), sejarawan Yunani, karena itu sering disebut Xenophon dari Yunani, yang juga dikenal sebagai tentara, bahkan tentara bayaran, Cyrus-lah yang pertama kali membangun pasukan unta. Menurut cerita, setelah mendengar dari seorang jenderalnya bahwa kuda-kuda Lydia akan kabur apabila bertemu unta, Cyrus memutuskan untuk menggunakan unta.

Cyrus memang akhirnya menang. Tetapi, apakah dengan mengerahkan pasukan unta dan kuda itu, Mubarak juga akan memenangi pertarungannya melawan rakyatnya? Memang, tidak secara jelas disebut bahwa para penunggang unta dan kuda adalah orang-orang suruhan Mubarak.

Tetapi, apa yang terjadi di Alun-alun Pembebasan memberikan gambaran yang jelas benih-benih ”perang saudara” sudah mulai tumbuh. Apabila hal itu berkelanjutan, tetap atau lengsernya Mubarak tidak lagi menjadi persoalan utama. Yang lebih mencemaskan adalah pecahnya bangsa itu dan akan meledaknya ”perang saudara”.

Di lapangan sudah ada garis yang jelas antara yang propemerintah dan yang antipemerintah. Yang satu berteriak, ”Dengan darah kami, dengan jiwa kami, kami berkorban untukmu, Mubarak!” Sementara yang lain berteriak, ”Mubarak mundur, Mubarak turun, sekarang juga.” Korban tewas dan luka sudah berjatuhan. Diberitakan korban tewas mencapai angka 300 orang dan terluka lebih dari 800 orang!

Ke mana Mesir, negeri yang selama tiga dasawarsa dapat dikatakan stabil itu, hendak dibawa? Mubarak, memang harus diakui, memberikan sumbangan besar bagi stabilitas Mesir. Sumbangan Mubarak akan bertambah besar lagi apabila sekarang ia menyatakan mundur dan memberi jalan bagi terbentuknya pemerintahan sementara sampai dilaksanakan pemilu yang adil dan benar-benar bebas.

Akan menjadi seperti apa Mesir pasca-Mubarak menjadi pertanyaan besar, terutama bagi negara-negara Barat. Washington kira-kira akan bertanya, apakah rezim baru akan bersahabat dengan AS? Israel dan AS juga sejumlah negara Arab akan bertanya, apakah rezim baru juga akan tetap mendukung proses perdamaian dan juga tetap menjunjung tinggi perjanjian perdamaian? Yang lain bertanya, apakah kaum minoritas juga akan tetap dilindungi dan memiliki hak bersuara?

Banyak pertanyaan yang mengemuka, yang tidak akan terjawab hanya dengan mengerahkan unta dan kuda, bahkan termasuk tank. Sebab, apabila akhir perlawanan rakyat ini memunculkan kaos, angin panas itu akan segera menyebar ke negara-negara lain di dunia Arab.

Situasi kaos itu bisa dihindari apabila Mubarak, pahlawan perang melawan Israel, termasuk perang 1967, dengan gagah berani pula sebagai seorang pahlawan segera menyerahkan kekuasaan sehingga pemerintahan transisi segera bisa dibentuk dengan cara-cara yang damai.

Mungkinkah itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com