Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Sektarian Menjadi Pemicu

Kompas.com - 05/01/2011, 07:39 WIB

Konflik dua dekade Hampir empat juta warga Sudan selatan, tepatnya 3.930.916 pemilih, atau sekitar separuh dari penduduk selatan telah terdaftar mengambil bagian pesta politik yang amat menentukan masa depan Sudan. Negara terbesar di Afrika yang selama ini dilanda konflik sektarian itu mungkin akan terbelah menjadi dua.

Pendaftaran pemilih sudah dimulai sejak 15 November. Selain juga dilakukan di wilayah utara Sudan, pemerintah mendaftarkan pula warganya yang ada di negara tetangga, seperti Uganda, Kenya, Etiopia, dan Mesir, serta di Australia, Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. Pemungutan suara juga digelar serempak.

Banyak orang mengharapkan wilayah selatan, yang didominasi Kristen, akan memilih merdeka dari utara yang mayoritas Muslim. Konflik sektarian telah mendorong keduanya terlibat perang saudara berdarah lebih dari dua dekade. Referendum pada Minggu nanti merupakan puncak kesepakatan damai yang mengakhiri konflik pada tahun 2005.

Menurut Madut, mayoritas pemilih (52 persen) adalah kaum perempuan. Komisi sudah melakukan berbagai upaya yang disetujui bersama untuk menjamin wanita—umumnya tidak berpendidikan di daerah-daerah pedesaan—dapat mencatatkan diri untuk ikut serta memilih.

Dewan Keamanan PBB prihatin terhadap insiden-insiden kemiliteran antara Sudan utara dan selatan, yang meningkatkan ketegangan sebelum referendum yang diperkirakan akan menimbulkan perpecahan. ”AS menyerukan agar Khartoum menghentikan serangan udara,” kata Duta Besar AS di PBB Susan Rice.

Mantan Presiden AS Jimmy Carter dan mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan juga akan ke Sudan sebagai pemimpin delegasi Carter Center yang membawa 100 pengamat internasional. Negara-negara Liga Arab dan Uni Eropa sudah mengirim ribuan pejabat, pakar, dan aktivis ke Sudan untuk memantau pelaksanaan referendum.

Pengamat memprediksi akan terjadi dukungan luar biasa untuk Sudan selatan memisahkan diri. Meski demikian, hal itu harus didukung oleh minimal 60 persen pemilih yang terdaftar dan ambil bagian secara nyata. Ada kekhawatiran yang luas, referendum akan tak transparan.

”Secara pribadi saya percaya Sudan selatan telah membuat keputusan. Mereka akan memilih kebebasan dan kemerdekaan (dari utara),” kata Anne Itto, seorang pengamat. (AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com