Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korut Sering Menzalimi Korsel

Kompas.com - 25/11/2010, 09:13 WIB
 Oleh Simon Saragih

NADA pemberitaan sebagian media China berpihak pada Korea Utara soal serangan ke Korea Selatan. Tajuk rencana Global Times menuduh sikap keras Korsel terhadap Korut sebagai penyebab kejadian itu. Pihak China juga setuju pada Korut yang menyatakan serangan terjadi karena provokasi Korsel.

Tak sepenuhnya sikap media China itu benar. Ketika Kompas turut diundang ke Istana Presiden Korsel di Seoul pada 6 November lalu, kepada Presiden Korsel Lee Myung-bak diajukan pertanyaan serupa. ”Ada kesan, di bawah kepemimpinan Anda, sikap garis keras terhadap Korut terlihat dan ini membuat negosiasi dengan Korut di bawah Anda menjadi relatif lebih sulit”, demikian pertanyaan terhadap Presiden Lee Myung-bak, yang hanya tertawa.

Dia hanya menegaskan, ”Korut memang harus berubah.” Mungkin maksudnya adalah agar Korut menjadi sebuah negara yang ramah terhadap tetangga, tidak bertindak ugal-ugalan. Seorang pejabat Amerika Serikat pernah mengatakan, Korut adalah negara ”bermulut besar”.

Serangan Korut terhadap Korsel bukan hanya yang terjadi pada hari Selasa (23/11). Namun, serangan terbaru ini merupakan yang terburuk sejak perang Korea (1950-1953).

Tak ada penjelasan resmi dari Pyongyang atas serangan yang merusak perdamaian kawasan. Pekan lalu, Pyongyang baru saja ”mengemis” bantuan beras dari Seoul meski belum disalurkan.

Aksi teror Korut terhadap Korsel paling terkenal adalah saat sebuah pesawat sipil Korea diserang dan menewaskan 115 orang. Tahun 1996, sebanyak 60.000 tentara Korsel dikerahkan untuk memburu sekelompok mata-mata Korut yang menyelinap dan membunuh tiga warga sipil dan satu tentara Korsel.

Korut juga pernah melakukan serangan terhadap sasaran Korsel di Myanmar beberapa waktu lalu. Korut juga menyerang kapal perang Angkatan Lut Korsel, Cheonan, tahun ini.

Mengapa menyerang?
Tetap tidak dijelaskan secara persis apa yang menyebabkan Korut bertindak gegabah, yang bisa menyeret Asia Timur, sentra pertumbuhan ekonomi global, terseret ke perang total.

Korut benar-benar tidak menunjukkan sikap yang layak dibela. Maka, tidak heran jika semua negara di dunia memberi pandangan, mulai dari yang paling halus sampai paling tegas.

Korut yang komunis, tidak demokratis, dan bertindak keji bagi warganya tak layak mendapatkan simpati. Menteri Unifikasi Korsel Hyun In-taek sudah menjelaskan sejarah panjang perhatian Korsel ke Korut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com