Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korut Sering Menzalimi Korsel

Kompas.com - 25/11/2010, 09:13 WIB

Korsel selalu memandang Korut sebagai satu suku, satu bahasa, dan memang pernah menjadi satu negara dengan nama Chosun.

Di tengah tingkah polah Korut yang aneh, Korsel selalu bersedia memberikan bantuan pangan ke Korut. Korsel tak mengorbankan warga Korut dengan menghentikan bantuan walaupun Korut provokatif.

Demi kelangsungan reuni keluarga Korut-Korsel yang terpisah, Korsel rela mengirimkan bantuan pangan. Korsel menyatakan, bantuan itu bukan merupakan sebuah sogokan, tetapi merupakan sikap simpati kepada sesama di Korut. Dan, bantuan itu tetap diberikan setelah serangan terhadap Cheonan. ”Bantuan seperti itu akan terus berlanjut,” kata Hyun In-taek.

Peran China
Tentu Korsel tetap menuntut perubahan sikap dari Korut. ”Kami meminta perilaku seperti itu diubah,” kata Hyun In-taek, soal sikap Korut yang ”gila”. Mungkin hal inilah yang dianggap Korut sebagai sikap garis keras dari Korsel.

Adalah sebuah tindakan logis jika Korsel meminta sesuatu dari Korut, dan itu bukan permintaan berat, tetapi sebuah permintaan akan perubahan sikap. Ini tidak saja berguna bagi penciptaan hubungan lebih  baik atau jalan menuju reunifikasi.

Perubahan sikap Korut itu berguna juga bagi warganya, yang berkali-kali dilanda wabah kelaparan, dan lagi-lagi selalu dibantu oleh Korsel.

Negara ginseng ini juga tetap merindukan reunifikasi. Sebagaimana diutarakan Hyun In-taek, berapa pun besarnya biaya reunifikasi, Korsel sudah siap menanggungnya. Menteri Unifikasi ini menegaskan, ”Adalah sebuah kesedihan menyaksikan saudara sendiri terpisah.”

Lalu, apa yang menjadi alasan Korut menyerang Korsel? Dan, siapa yang membuat Korut berani gegabah?

Jepang dan Australia sudah meminta China memberi peran. Ini adalah ucapan implisit tentang pengaruh kuat China terhadap Korut. Kim Jong Il beberapa kali berkunjung ke China, termasuk saat meminta restu China terhadap suksesi kepemimpinan kepada putra bungsunya, Kim Jong Un.

China sering meminta agar AS dan Korsel tidak melakukan latihan militer bersama. Korsel sedang melakukan latihan sebelum Korut menyerang Selasa lalu. Apakah ini simbol kemarahan China? Jika iya, China juga harus dimintai tanggung jawab. Ekonomi China maju karena produk-produknya dibeli dunia. China harus menunjukkan tanggung jawab internasional dan tidak mudah merajuk, dan kemudian memanfaatkan Korut untuk membuat situasi di Semenanjung Korea menjadi panas. (AP/AFP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com