Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASEAN Tidak Kompak

Kompas.com - 27/10/2010, 04:16 WIB

Hanoi, Selasa - Para pemimpin Asia menghadapi masalah kenaikan kurs dan kenaikan pasar saham. Keadaan ini telah meningkatkan rambu peringatan pada pertemuan regional pekan ini mengenai perang kurs yang membahayakan stabilitas perekonomian mereka.

Sementara itu, China tetap menjaga kurs yuan terkendali, berbeda dengan mata uang Jepang dan negara berkembang di Asia yang terus menguat terhadap dollar AS. Penguatan itu membuat ekspor mereka tidak terlalu kompetitif.

Sepuluh negara anggota ASEAN akan bertemu di Hanoi bersama dengan para pemimpin China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru atau formasi yang sering disebut ASEAN + 10. ASEAN sepakat bersatu melawan ketegangan soal mata uang tersebut.

AS, yang tengah berjuang melawan lemahnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya pengangguran, menuduh China menjaga kurs yuan tetap lemah. Beijing balik menuduh bahwa kebijakan yang terlalu longgar dari Federal Reserve adalah penyebab kekacauan kurs. Tingkat suku bunga yang rendah di AS dan Eropa menyebabkan aliran dana masuk deras ke negara berkembang, yang dirasakan merepotkan.

Derasnya arus dana asing itu tidak selamanya baik. Kurs mata uang di Asia meningkat diikuti dengan kenaikan harga saham dan properti. Penguatan kurs bisa meningkatkan inflasi. Modal masuk yang spekulatif juga berbahaya jika tiba-tiba beralih lagi ke tempat lain. ”Isu ini perlu didiskusikan dalam konteks ASEAN dan ASEAN + 6. Negara-negara anggota dapat melakukan pendekatan bersama demi kepentingan kawasan,” demikian laporan Bank Dunia.

Akan tetapi, tanggapan regional dalam pertemuan tiga hari itu dapat beragam. ”Ya, negara-negara itu akan berupaya menampilkan sebuah gerakan bersama dari ASEAN. Namun, negara yang berbeda tidak perlu harus memiliki persamaan prioritas ekonomi. Keadaan ekonomi ASEAN cukup beragam. Namun, kebijakan valuta asing China sangat penting bagi ASEAN mengingat ASEAN berkompetisi dengan China,” ujar Callum Henderson, Kepala Riset Valuta Asing pada Standard Chartered.

Thailand telah berupaya mengendalikan arus modal yang masuk setelah kenaikan sebesar 10 persen pada baht dalam satu tahun terakhir. Thailand menambah pajak untuk orang asing yang berinvestasi pada obligasi. Singapura mengumumkan pengetatan kebijakan mata uang untuk menjaga agar laju inflasinya tidak terlalu tinggi.

Menteri keuangan dari negara anggota G-20 di Korea Selatan, pekan lalu, sepakat menghindari perang kurs dan bertekad untuk mencapai sistem nilai tukar yang ditentukan oleh pasar. Akan tetapi, Deborah Elm, seorang pakar perdagangan dari Universitas Nanyang, Singapura, mengatakan, tampaknya ASEAN tidak terkoordinasi untuk membenahi perang kurs ini. ”Setiap negara akan bertindak sendiri-sendiri untuk menyelamatkan perekonomian mereka,” ujarnya.

Yen terus menguat

Gejala perang kurs tak terhenti. Kurs dollar AS terus melemah terhadap yen Jepang dan menyentuh titik terendah dalam 15 tahun terakhir pada posisi 80,14 yen. Tindakan Pemerintah Jepang mengintervensi pasar sejak Senin lalu tidak membuahkan hasil.

Penurunan dollar AS itu membuat harga saham di bursa Tokyo pada perdagangan Selasa (26/10) bertumbangan. Indeks Nikkei turun 23,78 poin atau 0,3 persen menjadi 9.377,38. Sementara itu, indeks Topix turun 3,29 poin atau 0,4 persen menjadi 817,94.

Penguatan yen itu membuat para investor khawatir kinerja keuangan perusahaan Jepang yang berbasis ekspor akan terpukul. (AP/AFP/joe)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com