Iran-Venezuela, misalnya, terlibat dalam kerja sama penanaman investasi serta pembangunan pabrik mobil dan peralatan pertanian. Iran kini mulai membuka bank-bank di Venezuela. Iran juga menanamkan investasi sebanyak 4 miliar dollar AS untuk proyek pengeboran ladang minyak di Venezuela
Iran menanamkan pula investasi untuk pembangunan permukiman kaum miskin di Venezuela. Dalam hal ini, Iran telah mengirim 420 insinyur sipil dan arsitek untuk menangani pembangunan permukiman tersebut.
Neraca hubungan dagang Iran-Venezuela pada tahun 2007 mencapai 18 miliar dollar AS.
Iran juga telah mengucurkan dana untuk pembuatan sebuah stasiun televisi dan dua pabrik semen di Bolivia. Iran telah mengucurkan pula pinjaman lunak sebanyak 280 juta dollar AS kepada Pemerintah Bolivia.
Langkah konkret Iran tersebut membuat hubungan Iran-Amerika Latin mengalami kemajuan signifikan selama periode pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Pada periode jabatan pertama (2005-2009), Ahmadinejad telah mengadakan tiga kali lawatan ke Amerika Latin. Pada periode jabatan kedua, Ahmadinejad telah mengadakan kunjungan ke Amerika Latin pada November tahun lalu.
Iran praktis kini telah memiliki jaringan pengaruh luas di Amerika Latin berkat tampilnya pemimpin neo-sosialis di sejumlah negara kawasan itu, seperti di Venezuela, Bolivia, Nikaragua, Brasil, dan Ekuador.
Hasil pemilu Brasil pada awal Oktober lalu, yang tetap memberi peluang besar kepada kandidat presiden berideologi neo-sosialis dari Partai Pekerja (PT) yang berkuasa, Dilma Rousseff (62), untuk memenangi pemilu putaran kedua pada 31 Oktober, tentu sangat melegakan Iran.
Bagi Iran, Brasil sebagai negara besar di Amerika Latin menjadi pertaruhan pengaruhnya di kawasan itu dalam menghadapi poros Barat. Hubungan Iran-Brasil pada era Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva yang menganut aliran neo-sosialis cukup nyaman.