Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Bolivia Lakukan Pembicaraan Final

Kompas.com - 26/10/2010, 03:37 WIB

Presiden Bolivia Evo Morales, Minggu (24/10), tiba di Teheran dalam kunjungan tiga hari ke Iran.

Agenda Morales di Iran adalah melakukan pembicaraan final dengan para pejabat Iran, khususnya Presiden Mahmoud Ahmadinejad, soal rencana investasi Iran di sektor tekstil dan mineral senilai 287 juta dollar AS di Bolivia.

Iran-Bolivia juga dijadwalkan menandatangani kesepakatan kerja sama di bidang transfer teknologi, produksi semen, dan pengadaan pangan.

Pada kunjungan Ahmadinejad ke Bolivia tahun 2009, Iran-Bolivia telah menyetujui membangun proyek bersama bernilai 1,1 miliar dollar AS selama lima tahun.

Kunjungan Morales itu hanya kurang dari sepekan dari kunjungan pemimpin Amerika Latin lainnya, Presiden Venezuela Hugo Chavez ke Iran. Saat berkunjung, Chavez mengkritik tatanan dunia sekarang, yang dianggap sudah ketinggalan zaman.

Poros tandingan

Kunjungan Morales dan Chavez ke Iran itu memberi pesan bahwa ada poros lain yang kini cukup efektif menggalang solidaritas, melawan dominasi AS dan Barat saat ini.

Poros tandingan itu yang mengusung ideologi neo-sosialis (Amerika Latin) dan Islamis (Iran/Timur Tengah), bukan sekadar wacana, melainkan sudah menjelma menjadi kekuatan konkret secara ekonomi ataupun politik di tingkat regional ataupun internasional.

Iran sadar membangun poros yang hanya mengandalkan ideologi atau kepentingan politik sesaat adalah omong kosong pada zaman sekarang, tanpa didukung kerja sama ekonomi yang kuat.

Itulah yang mendorong Iran sebagai kekuatan ekonomi di Timur Tengah membuat program aksi di sejumlah negara Amerika Latin.

Iran-Venezuela, misalnya, terlibat dalam kerja sama penanaman investasi serta pembangunan pabrik mobil dan peralatan pertanian. Iran kini mulai membuka bank-bank di Venezuela. Iran juga menanamkan investasi sebanyak 4 miliar dollar AS untuk proyek pengeboran ladang minyak di Venezuela

Iran menanamkan pula investasi untuk pembangunan permukiman kaum miskin di Venezuela. Dalam hal ini, Iran telah mengirim 420 insinyur sipil dan arsitek untuk menangani pembangunan permukiman tersebut.

Neraca hubungan dagang Iran-Venezuela pada tahun 2007 mencapai 18 miliar dollar AS.

Iran juga telah mengucurkan dana untuk pembuatan sebuah stasiun televisi dan dua pabrik semen di Bolivia. Iran telah mengucurkan pula pinjaman lunak sebanyak 280 juta dollar AS kepada Pemerintah Bolivia.

Langkah konkret Iran tersebut membuat hubungan Iran-Amerika Latin mengalami kemajuan signifikan selama periode pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Pada periode jabatan pertama (2005-2009), Ahmadinejad telah mengadakan tiga kali lawatan ke Amerika Latin. Pada periode jabatan kedua, Ahmadinejad telah mengadakan kunjungan ke Amerika Latin pada November tahun lalu.

Pengaruh lewat Brasil

Iran praktis kini telah memiliki jaringan pengaruh luas di Amerika Latin berkat tampilnya pemimpin neo-sosialis di sejumlah negara kawasan itu, seperti di Venezuela, Bolivia, Nikaragua, Brasil, dan Ekuador.

Hasil pemilu Brasil pada awal Oktober lalu, yang tetap memberi peluang besar kepada kandidat presiden berideologi neo-sosialis dari Partai Pekerja (PT) yang berkuasa, Dilma Rousseff (62), untuk memenangi pemilu putaran kedua pada 31 Oktober, tentu sangat melegakan Iran.

Bagi Iran, Brasil sebagai negara besar di Amerika Latin menjadi pertaruhan pengaruhnya di kawasan itu dalam menghadapi poros Barat. Hubungan Iran-Brasil pada era Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva yang menganut aliran neo-sosialis cukup nyaman.

Iran menginginkan kenyamanan hubungan Iran-Brasil selama ini terus berlanjut. Hal itu bisa terwujud jika Rousseff, yang dianggap sebagai penerus Lula da Silva, memenangi pemilu putaran kedua nanti.

Ada sejumlah kepentingan Iran jangka pendek yang ingin diperoleh dari Amerika Latin. Pertama, Amerika Latin dianggap sangat strategis sebagai pintu keluar dari keterkucilan pergaulan regional Timur Tengah lantaran semua negara tetangga Iran kini berada di bawah payung AS.

Kedua, Iran mengharap dukungan diplomasi dari negara-negara Amerika Latin terkait program nuklirnya untuk menghadapi tekanan AS dan Barat. Apalagi, kemungkinan Iran akan mendapat sanksi tambahan pada masa mendatang setelah sanksi DK PBB keempat pada bulan Juni lalu menyangkut program nuklirnya itu.

Ketiga, Iran ingin memiliki basis politik dan ekonomi di Amerika Latin dalam memperluas wilayah pertarungan melawan dominasi pengaruh AS dan Israel dari Timur Tengah ke Amerika Latin.

Kejengkelan Iran soal dominasi Barat yang diskriminatif bertemu dengan kejengkelan Amerika Latin, yang selama ini hanya menjadi ”sapi perahan” para ”kolonialis” AS. (mth)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com