Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya "Ganyang Indonesia"

Kompas.com - 17/10/2010, 06:03 WIB

Setiap kurir biasanya membawa narkoba dengan nilai mencapai miliaran rupiah. Kurir ini sebagian besar datang dari Malaysia dan selebihnya dari Singapura. Di samping diedarkan di Batam, narkoba juga didistribusikan ke kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Medan.

Kepala Badan Narkotika Nasional Gories Mere dalam jumpa pers di Kota Batam, Selasa (21/9), menyatakan, ekstasi dan sabu menjadi jenis narkoba yang tren diselundupkan ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Barang tersebut sebagian besar diproduksi di China, Hongkong, India, dan Iran.

Indonesia, menurut Gories, menjadi pasar yang menggiurkan karena margin yang sangat besar. Harga sabu di Iran pada awal tahun ini senilai Rp 100 juta per kilogram (kg). Terakhir, harganya turun menjadi Rp 50 juta per kg. Sementara di Indonesia, harganya mencapai Rp 2 miliar per kg.

Melihat kondisi geografis Kepri yang berupa kepulauan, demikian pula Indonesia secara keseluruhan, jalur penyelundupan bisa di mana saja. Sementara pintu yang relatif terawasi ketat hanya di pelabuhan resmi dan bandar udara saja. Pelabuhan tikus

Semisal di Batam, terdapat lima pintu masuk kepabeanan, meliputi empat pelabuhan resmi dan satu bandar udara. Sementara pelabuhan tikusnya dikabarkan lebih dari 20 lokasi. Bongkar muat pun bisa dilakukan di tengah laut sehingga tak mudah dideteksi petugas.

Artinya, data penyelundupan yang berhasil digagalkan di atas tidak serta-merta menunjukkan penyelundupan menjadi gembos. Data tersebut justru bisa dibaca sebaliknya; serbuan barang selundupan masih merajalela. Bahkan, terbuka kemungkinan, barang selundupan yang lolos dan beredar di Indonesia lebih banyak daripada yang digagalkan.

Namun, kunci pintu masuk sebenarnya berada di tangan aparat. Sebagaimana diungkapkan Komandan Kapal Patroli Bea dan Cukai 10002 Suhaimi (52), penyelundupan marak dan sulit dibasmi justru karena ada aparat yang ikut bermain. Dalam bahasa premannya, aparat jadi backing.

Selama 30 tahun berpatroli, Suhaimi acap kali memergoki penyelundupan dengan pengawalan aparat bersenjata. Kalaupun tidak dengan pengawalan, minimal penyelundupan membawa ”restu” dari aparat.

”Kalau semua aparat kompak dan jujur, sebenarnya penyelundupan bisa dicegah, minimal yang besar-besar,” kata Suhaimi.

Penyelundupan bukan semata persoalan kerugian negara dari sisi pendapatan bea dan cukai. Penyelundupan adalah gelombang pengganyangan terhadap rakyat Indonesia, pelan tetapi pasti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com