”Ini adalah penghargaan bagi jiwa-jiwa yang hilang pada (peristiwa) Empat Juni,” tutur Xiaobo dengan berlinang air mata saat istrinya, Liu Xia, menemui dia di penjara Jinzhou, Liaoning, Minggu.
Xiaobo mengacu pada tragedi pembantaian demonstran oleh tentara China di Lapangan Tiananmen, Beijing, 4 Juni 1989.
Kabar pertemuan Xiaobo dan istrinya tersebut disebarluaskan, Senin (11/10), oleh organisasi Human Rights in China yang berbasis di New York, Amerika Serikat, dan harian Dagbladet di Oslo, Norwegia.
Xiaobo ikut dalam demonstrasi Tiananmen. Dia sempat menemui pimpinan gerakan mahasiswa dan komandan pasukan militer untuk merundingkan pembubaran unjuk rasa secara damai demi menghindari jatuhnya korban. Namun, sejak itu dia dicap sebagai pembangkang.
Liu Xia sempat diberitakan hilang sejak Jumat pekan lalu. Namun, melalui pesan di Twitter, Xia mengatakan ia dalam tahanan rumah dan dijaga ketat polisi sejak Hadiah Nobel Perdamaian diumumkan, Jumat (8/10).
”Saudara-saudara, aku telah pulang. Sejak tanggal delapan (Oktober) mereka menempatkan aku dalam tahanan rumah. Aku tidak tahu kapan bisa ketemu kalian semua,” kata Xia dalam tweet-nya Minggu malam.
Xia bertemu Xiaobo di penjara dan mengabarkan hadiah tersebut tanggal 9 Oktober. ”Telepon seluler saya rusak. Nanti aku kabari lagi,” lanjut Xia.
Human Rights in China menyebutkan, jika Xia ingin keluar rumah, dia harus dalam pengawalan polisi. Xia dibawa polisi menuju Jinzhou, Jumat, dan dipulangkan ke Beijing, Minggu.