Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikam atau Bersalaman dalam "Sekam"

Kompas.com - 04/10/2010, 09:49 WIB

TOKYO, KOMPAS.com – Menteri Luar Negeri Jepang Seiji Maehara membantah klaim di dalam negerinya, yang menyatakan China adalah tetangga yang buruk buat Jepang. Bantahan itu diyakini disampaikan pemerintah Jepang untuk menghindari semakin memanasnya kondisi hubungan bilateral China-Jepang, yang memang semakin menegang dan memanas beberapa waktu belakangan ini.

Sentimen anti-China di kalangan masyarakat Jepang memang semakin menguat, yang ditandai oleh aksi unjuk rasa kaum nasionalis Negeri Matahari Terbit itu. Salah seorang politisi senior partai politik berpengaruh di Jepang, Deputi Sekretaris Jenderal Partai Demokratik Jepang, Yukio Edano, yang mencela Negeri Tirai Bambu itu sebagai “tetangga yang buruk”.

Edano menilai mustahil kedua negara bisa membangun ikatan dan hubungan yang saling menguntungkan. Tidak hanya itu, dengan keras dia juga menyebut China sebagai bangsa yang tidak tunduk pada aturan hukum sementara mereka yang mau berurusan atau berhubungan ekonomi dengan negara itu adalah perusahaan atau pihak yang gampang dipengaruhi.

“Saya percaya Jepang dan China harus mencari cara untuk bisa tetap hidup berdampingan dan demi kesejahteraan bersama, yaitu dengan cara membangun hubungan strategis dan saling menguntungkan antar negara sebagai tetangga yang baik,” ujar Maehara yang berkeras kedua negara masih tetap berhubungan baik.

Seperti diwartakan, ketegangan antara China dan Jepang dipicu aksi perebutan wilayah teritorial di kawasan Laut China Timur, kawasan Kepulauan Senkaku (dalam Bahasa Jepang) atau Kepulauan Diaoyu (dalam Bahasa China). Ketegangan memuncak dimulai ketika kapal patroli Penjaga Pantai (Coastguard) Jepang menangkap seorang kapten kapal nelayan China di perairan itu pada 8 September lalu.

Pemerintah Jepang sendiri dalam masalah ini bersikap mendua, baik ke dalam maupun ke luar negerinya. Terhadap Pemerintah China mereka terus mengupayakan agar diadakan dialog sementara ke dalam negeri sendiri Pemerintah Jepang terus berupaya menunjukkan kalau tidak pernah ada sengketa wilayah dengan China apalagi mengingat kawasan kepulauan itu sejak lama memang ada di bawah kekuasaan pemerintah Jepang.

“Sangat penting bagi kedua negara untuk secara diplomatik mendiskusikan persoalan yang dihadapi sekarang agar masalah tidak kembali terjadi di masa mendatang. Kami selalu membuka pintu untuk itu. Saya sendiri yakin upaya membangun hubungan strategis dan saling menguntungkan adalah sesuatu yang sangat mungkin,” ujar Maehara.

Lebih lanjut Perdana Menteri Jepang hari Minggu (3/10/2010) berangkat ke Belgia untuk mengikuti pertemuan tingkat tinggi Asia-Europa Meeting (ASEM). Namun begitu dilaporkan sepertinya rencana pertemuan informal antar China dan Jepang, yang sebelumnya dikabarkan diupayakan digelar di sela-sela acara resmi itu, tidak jadi dilakukan. 

Sementara itu dilaporkan pula, Angkatan Laut Amerika Serikat dan kekuatan laut Jepang dipastikan akan mengikuti latihan perang bersama, segera setelah kunjungan Presiden AS Barrack Obama ke Jepang November mendatang dalam forum pembicaraan ekonomi Asia-Pasifik.

Latihan perang itu disebut-sebut sebagai semacam latihan berbentuk operasi untuk merebut kembali kepulauan yang dipersengketakan jika China mengambil alihnya. Latihan memang akan digelar di kawasan perairan Laut China Timur. Selama ini PM Kan dikecam keras oleh kelompok konservatif di dalam negeri dan dianggap menyerah pada tindakan represif China.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com