Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syiah-Militer Yaman Bentrok, 10 Tewas

Kompas.com - 27/07/2010, 02:16 WIB

SANAA, KOMPAS.com - Gerilyawan Syiah merebut sebuah pangkalan militer dan menangkap beberapa prajurit, Senin (26/7/2010), dalam bentrokan dengan militer dan orang suku yang menewaskan 10 orang.

Bentrokan itu mengancam gencatan senjata di Yaman bagian utara yang ditandatangani oleh pemerintah dan gerilyawan Syiah Huthi pada Februari 2010. Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, menuduh Huthi berusaha mengobarkan perang baru dengan pemerintah.

Baik pemerintah maupun kelompok gerilya tersebut mengkonfirmasi bahwa sejumlah prajurit disandera di pangkalan militer Zuala di daerah bergolak utara, Harf Sufyan, namun mereka tidak menyebutkan berapa orang yang ditangkap Huthi.

Gerilyawan Syiah dan pemerintah menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri perang di kawasan utara pada Februari. Sejumlah gencatan senjata sebelumnya tidak berhasil ditegakkan.

Gencatan senjata yang mulai berlaku Jumat (12/2/2010) itu merupakan upaya terakhir pemerintah untuk mengakhiri kekerasan bersenjata di wilayah utara yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orang mengungsi.

Kelompok Huthi menuduh pemerintah melakukan diskriminasi ekonomi, sosial dan keagamaan, namun Sanaa membantah tuduhan tersebut.

Ketegangan antara Huthi dan suku Ibn Aziz, yang juga dari kelompok Syiah namun pro-pemerintah, meningkat dalam beberapa bulan ini. Bentrokan-bentrokan pekan lalu merupakan yang paling mematikan sejak gencatan senjata tersebut dan telah membuat pemerintah mengerahkan pasukan.

Seorang pejabat menyatakan, bentrokan lima hari antara kedua kubu itu menewaskan sedikitnya 69 orang. Selain menangani kekerasan gerilyawan Syiah di wilayah utara, pemerintah Yaman juga menghadapi separatisme di Yaman bagian selatan.

Seorang pejabat keamanan mengatakan, pasukan di Yaman selatan membunuh tiga orang yang diduga anggota Al-Qaeda dalam operasi keamanan yang terus dilakukan setelah serangan-serangan kelompok militan itu akhir-akhir ini terhadap pasukan keamanan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com