Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turki Kembali Larang Pesawat Israel

Kompas.com - 30/06/2010, 17:19 WIB

ISTAMBUL, KOMPAS.com - Turki untuk kedua kalinya melarang pesawat militer Israel memasuki wilayah udaranya sebagai balasan atas serangan Israel terhadap armada bantuan ke Gaza, kata seorang dilomat, Selasa (29/6). "Ada dua permintaan  bagi izin terbang itu dan kami menolaknya," kata seorang diplomat yang tidak bersedia disebutkan namanya.

"Ini tidak berarti bahwa kami akan menolak semua pesawat di masa depan tetapi kami akan memilahnya satu per satu," tegasnya. Ia menambahkan, pesawat-pesawat sipil tetap tidak terkena larangan itu karena hal itu satu kewajiban internasional.

Serangan 31 Mei terhadap armada bantuan, yang menewaskan delapan aktivis Turki dan seorang warga AS keturunan Turki, menyebabkan hubungan Turki dan Israel yang sudah tegang menjadi semakin tegang. Ankara langsung memanggil pulang  duta besarnya dan membatalkaan tiga pelatihan militer bersama Israel. Kedua negara itu merupakan sekutu dekat sejak perjanjian kerja sama militer tahun 1996 sebelum hubungan mereka tegang di tengah-tengah kecaman keras Turki terhadap perang Israel di Gaza yang dimulai Desember 2008.

Para pejabat Turki tidak merinci pesawat-pesawat yang ditolak itu, tetapi Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, Senin, mengatakan sebuah pesawat militer Israel yang menuju Polandia dilarang terbang melintasi wilayah udara Turki segera setelah serangan terhadap armada itu. Media Turki yang mengutip berita surat kabar Israel Yedioth Aharonot memberitakan pesawat militer itu membawa delegasi militer 100 perwira ke bekas kamp Nazi Auschwitz.

Surat kabar Turki berbahasa Inggris Hurriyet Daily, Senin memberitakan sebuah pesawat kedua dilarang melintas wilayah udara Turki, tetapi tidak merinci lebih jauh.

Menteri Transportasi Israel Yisrael Katz dalam sebuah pernyataan, Senin, mengatakan negara itu telah memberitahu perubahan prosedur untuk memasuki wilayah udara Turki.

"Penolakan izin terbang di wilayah udara itu merupakan akibat kemarahan Turki terhadap serangan Israel tersebut," kata  Jurubicara Kementerian Luar Negeri Turki, Barak Ozugergin, dalam jumpa wartawan di Ankara. "Kami telah mengumumkan akan melakukan tindakan-tindakan jika tuntutan-tuntutan kami tidak dipenuhi."

Turki mengatakan pihaknya menuntut Israel meminta maaf atas pembunuhan itu, memberikan ganti rugi kepada keluarga para korban, menyetujui penyelidikan internasional, membebaskan tiga kapal Turki dalam operasi penyerbuan itu dan mencabut blokade terhadap Gaza. Ankara juga mendesak Washington, sekutu dekat Israel, turun tangan  dalam krisis itu, dan Erdogan membicarakan masalah itu dengan Presiden AS Barack Obama  di sela-sela KTT G-20 di Kanada menjelang kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Washington, Juli.

Satu sumber diplomat Turki mengatakan, Ankara yakin Amerika Serikat bisa membujuk Israel memenuhi tuntutan-tuntutan Turki bagi permintaan maaf, ganti rugi dan pemulangan kapal-kapal itu. Namun tidak mungkin akan ada kemajuan mengenai tuntutan bagi pemeriksaan internasional, katanya.

Israel telah membentuk satu komisinya sendiri untuk mengusut serangan tersebut, tetapi Turki menolaknya sebagai tidak cukup, dan mendesak penyelidikan internasional yang dipimpin PBB. Para aktivis di kapal-kapal pembawa bantuan itu mengatakan tentara Israel melepaskan tembakan begitu mereka naik kapal. Israel membantah tuduhan itu dengan mengatakan pasukannya baru menggunakan kekerasan setelah diserang para aktivis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com