Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Para Wanita Kenya Mogok Seks

Kompas.com - 08/05/2009, 09:47 WIB

KOMPAS.com — Minggu lalu, organisasi perempuan Kenya menyerukan kaumnya untuk melakukan mogok seks selama tujuh hari. Sasarannya bukan pasangan mereka, tetapi seperti dilaporkan Radio Netherlands, untuk meminta perhatian atas situasi politik yang mencekam negeri itu.

Ada yang menilai bahwa mogok seks sebagai aksi tanpa kekerasan adalah bagus. Mereka menyebutnya "Gandhi di kamar tidur." Namun, ada pula yang menentang dan menganggap ini sebagai pelanggaran hak seks dalam rumah tangga.

Namun, meski ada perbedaan pendapat, semua setuju bahwa ini adalah aksi simbolis yang banyak menarik perhatian, dan ini ada baiknya karena kritik terhadap perebutan kekuasaan di kalangan politisi Kenya muncul di mana-mana. Penyelenggara mogok seks ini bertujuan memprotes mereka.

Kenya dijuluki sebagai negeri macho. Perempuan harus menurut apa kata lelaki. Untuk pria, seks adalah sebuah hak. Untuk wanita itu adalah kewajiban. Hak waris biasanya hanya dimiliki kaum pria. Di Kenya semua orang melakukan seks, tetapi tidak ada yang membicarakannya. Orang hanya cekikikan saat ditanya pendapat mereka tentang mogok seks ini.

Para pria menyatakan aksi ini akan berbuntut pada perceraian. Menolak ajakan seks suami adalah sesuatu yang tidak bisa diterima. Dalam sebuah acara talkshow di Radio Ghetto, misalnya, para lelaki menyatakan kemarahan mereka.

PSK Laris Manis

Seorang pengunjung di Jalan Koinanges di Nairobi yang terkenal sebagai tempat pelacuran mengatakan, para pekerja seks komersial (PSK) dalam beberapa minggu terakhir tambah laris. Penolakan para istri untuk berhubungan seks membuat para pria punya alasan untuk mencari pelacur.

Mogok seks ini juga menimbulkan berbagai humor untuk menyindir para politisi. Misalnya tentang Presiden Kibaki yang sudah lanjut usia. Ia tidak punya tenaga untuk memberikan tanggapan politik, apalagi untuk ereksi. Berbagai guyon semacam ini sepertinya perlu untuk Kenya yang sedang dirundung berbagai masalah. Namun, apa tujuan pemogokan ini?

Sepuluh organisasi wanita yang mendalangi aksi pemogokan seks ini bertujuan memprotes pemerintah koalisi. Mereka menjanjikan berbagai perubahan, tetapi sampai saat ini belum dipenuhi. Kenya menghadapi jalan buntu.

Berbagai koran di Kenya menyoroti sulitnya kerja sama antara Presiden Kibaki dan Perdana Menteri Odinga, dua partai yang bersaing. Kedua pemimpin sudah tidak berunding lagi.

Awal tahun lalu, di Kenya selama dua bulan terjadi krisis yang hampir meruntuhkan negara itu. Ini menyusul hasil pemilihan presiden yang banyak ditentang dan berbagai kerusuhan politik. Pemerintahan hampir tidak jalan lagi. Partai yang berkoalisi terus saja berselisih.

Berbagai janji reformasi tidak ada yang dipenuhi, baik itu tentang peraturan kepemilikan tanah, kasus korupsi, ataupun tentang kinerja polisi. Penyusunan konstitusi baru juga belum dimulai. Semua pembaruan ini penting untuk menghindari krisis seperti tahun lalu.

Penengah internasional Kofi Annan tetap khawatir karena para pemimpin Kenya tidak memenuhi janji mereka. Dalam perundingan tahun lalu, ia menekankan kekerasan politik yang terjadi di Kenya menunjukkan adanya ketimpangan sosial di negara itu, misalnya antara penduduk kaya dan miskin.

Jurang pemisah

Tanpa berbagai pembaruan, akar permasalahan penyebab krisis tahun lalu tidak bisa dihilangkan. Warga Kenya paham atas apa yang terjadi. Berbagai jajak pendapat menunjukkan lemahnya dukungan rakyat terhadap koalisi pemerintah.

Namun, para politisi tidak melihat semua ini. Jurang pemisah antara elite politik dan rakyat semakin besar saja. Itu mungkin masalah terbesar Kenya. Sementara bom waktu terus bergulir dan ketidakpuasan semakin menjadi-jadi, para politisi tetap tutup mata. Mogok seks selama satu minggu sulit untuk bisa mengubah situasi ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com