”Saya mengimbau kepada pemilik kapal untuk membantu dana yang akan dikelola oleh tiga negara littoral, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura,” ungkap ketua yayasan itu, Yohei Sasakawa, pada sebuah konferensi maritim regional, kemarin.
Sasakawa menambahkan, dengan maraknya perompakan di lepas pantai Somalia yang sudah mengancam rute perdagangan melalui Terusan Suez, pelayaran lebih dari 94.000 kapal per tahun melalui Selat Malaka bisa terganggu ancaman keselamatan.
Berdasarkan usulan anggaran tahun 2009 yang besarnya 8 juta dollar AS, masih ada kekurangan 2,6 juta dollar AS untuk membiayai pemeliharaan navigasi di Selat Malaka. Kekurangan itulah yang diharapkan diperoleh dari negara pengguna dan pemilik kapal. Biaya-biaya itu digunakan untuk pemeliharaan dan pengoperasian lampu suar, lampu penunjuk, dan lain-lain.
Sasakawa mengungkapkan, pemilik kapal enggan memberikan bantuan dana, dengan mengatakan bahwa perairan internasional haruslah bebas dan mereka terpaksa menaikkan biaya pelayaran jika harus menyumbang.
”Saya mengimbau mereka untuk mengubah sikap. Kita perlu mencegah terjadinya kecelakaan sebelum itu terjadi,” ujarnya. (AFP/reuters/OKI)