Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangkaian Skandal Tak Goyahkan Mr N

Kompas.com - 09/10/2008, 12:26 WIB

SUKSESI segera terjadi di negeri Jiran Malaysia. Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi bersedia lengser pada Maret 2009. Sebagai penggantinya, ia menggadang-gadang Wakil Perdana Manteri Najib Razak sebagai pemimpin masa depan Malaysia. Siapakah sosok Najib Razak?

Najib Razak (55) lahir dari keluarga aristokrat politik yang melahirkan dua dari lima pemimpin negara itu. Ia dihormati karena kecerdasan dan sikapnya yang bersahaja. Namun, ia juga sosok bercita-cita tinggi. Sejak kecil ia bermimpi menjadi orang nomor satu di negaranya suatu hari nanti.

Toh, ambisi itu tidak lantas membuatnya haus kekuasaan. Ia dipandang terlalu sabar untuk mengambil alih kekuasaan kendati peluang itu ada sejak tahun lalu. Yakni, saat koalisi partai berkuasa, Barisan Nasional, memperoleh hasil buruk dalam pemilu sela, Maret 2008. Kala itu, tekanan terhadap Badawi untuk mundur menguat dan digantikan Najib Razak.

Namun, Najib rupanya tidak ingin nggigi mongso (tergesa-gesa). Ia sabar menunggu sampai akhirnya Badawi mengumumkan, Rabu (8/10), bersedia mundur pada Maret dan menjagokan Najib Razak, sosok yang baru-baru ini menghadapi ujian kelompok oposisi dengan berbagai tuduhan. Najib Razak dituding terlibat korupsi, pelecehan seks, bahkan pembunuhan.

"Dia secara natural adalah pengganti (Badawi). Najib menuju pemimpin politik. Dia memiliki pengalaman menghadapi  tantangan. Dia adalah politisi sangat brilian dan terlatih," kata Mohamad Mustafa Ishak, analis politik di Universiti Utara Malaysia. "Rakyat mempunyai harapan tinggi terhadap Najib," katanya.

Ayah Najib dan pamannya menjadi perdana menteri pada era 1970-an. Namun, Najib terlihat lebih pas menjadi  pemimpin sebuah perusahaan. Dia bergelar sarjana ekonomi dari University of Nottingham di Inggris. Sepulangnya ke tanah air, ia bekerja pada bank sentral dan perusahaan minyak nasional.

Najib memasuki kancah politik setelah ayahnya, Abdul Razak, meninggal dunia karena leukemia pada 1976. Lima  pekan kemudian, Najib yang saat itu berusia 22 tahun terpilih sebagai anggota parlemen. Ia menjadi anggota termuda di parlemen. Najib menduduki posisi di kabinet sejak 1970-an, tetapi lonjakan kariernya terjadi pada 1991 ketika dia menjadi menteri pertahanan dan memodernisasi angkatan bersenjata dengan peralatan teknologi tinggi.

Ketika Badawi menjadi perdana menteri tahun 2003, dia mengangkat Najib sebagai wakil perdana menteri dan berpeluang menggantikannya. Najib diharapkan menunggu sampai Badawi menyelesaikan jabatannya setidaknya dua periode (10 tahun).

Posisi Najib di Barisan Nasional tak tergoyahkan meskipun serangkaian skandal menghantamnya. Ia menjalin hubungan dekat dengan Abdul Razak Baginda, yang ditangkap dan didakwa terlibat pembunuhan seorang wanita Mongolia pada 2006 setelah terlibat perselingkuhan dengan wanita itu. Dua polisi diadili sebagai pembunuh dan menghancurkan tubuh korban dengan bahan peledak.

Najib yang telah menikah dan memiliki lima anak berulang kali membantah terlibat kejahatan itu. Meskipun, kelompok oposisi menduga Najib juga memiliki hubungan gelap dengan wanita Mongolia tersebut. Najib juga dituduh melakukan korupsi pembelian kapal selam Perancis dan jet tempur Rusia.

Dalam sebuah jajak pendapat terbaru yang diadakan Merdeka Center (melibatkan 1.000 orang) disebutkan hanya 40 persen yakin Najib akan berhasil menjadi perdana menteri. Sementara, 44 persen tidak setuju Najib menjadi PM, dan lainnya tidak memilih.

Namun, berkurangnya mayoritas 2/3 suara parlemen menyusul hasil Pemilu Maret kian menumbuhkan harapan agar Najib mengambil alih kekuasaan. Bertahun-tahun lalu, sejumlah warga Malaysia menyatakan, semua nama perdana menteri mereka diawali dengan huruf nama terakhir perdana menteri pertama Malaysia Tuanku Abdul Rahman.

R untuk Rahman, A untuk Abdul Razak, H untuk Hussein Onn, M untuk Mahathir Mohamad, A untuk Abdullah Ahmad Badawi. Dan jika Najib yang nantinya terpilih, maka lengkaplah ramalan itu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com