Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara yang Parah Bikin Warga China Marah

Kompas.com - 14/01/2013, 12:52 WIB

BEIJING, KOMPAS.com Kemarahan memuncak di China, Senin (14/1), terkait polusi yang mencapai level berbahaya dalam beberapa hari terakhir. Media pemerintah mempertanyakan pembangunan yang sangat berbahaya dan transparansi pemerintah soal kualitas udara.

Media pemerintah bergabung dengan para pengguna internet dalam menyerukan evaluasi ulang atas proses modernisasi China, yang telah melihat urbanisasi dan pembangunan ekonomi yang cepat telah mengorbankan lingkungan.

Asap tebal menyelimuti sebagian besar wilayah China utara pada akhir pekan. Jarak pandang pun tinggal 100 meter di beberapa daerah dan memaksa pembatalan penerbangan. Sejumlah laporan mengatakan, puluhan bangunan dan sebuah pabrik mobil di Beijing menghentikan aktivitas mereka sebagai tindakan anti-polusi.

Pemerintah Beijing mengatakan, konsentrasi partikel polusi terkecil, yang secara ilmiah disebut PM2.5, yang dapat merusak paru-paru, mencapai level 993 mikrogram per meter kubik pada puncak polusi, atau hampir 40 kali lipat melampaui batas aman versi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Udara sudah dinyatakan berbahaya dihirup bila angkanya melebihi 100 mikrogram. Kalau angka tersebut mencapai 300, anak-anak dan mereka yang lansia diwajibkan berdiam di dalam rumah.

Harian Global Times yang dikelola negara, dalam sebuah editorialnya pada Senin (14/1), menyerukan kepada pemerintah untuk memberi angka-angka polusi yang lebih transparan. Harian itu mendesak Beijing untuk mengubah "metode sebelumnya yang menutupi-menutupi masalah dan bukannya memublikasikan fakta-fakta". Angka-angka resmi PM2.5 hanya bisa dipantau di kota-kota besar China sejak awal tahun lalu.

Harian itu memberikan laporan soal perbedaan angka-angka kualitas antara yang diberikan otoritas China dan yang dibeberkan Kedutaan Besar AS di Beijing.

"Pilihan antara pembangunan dan perlindungan lingkungan seharusnya dibuat benar-benar dengan metode yang demokratis," kata Global Times. "Masalah lingkungan tidak boleh dicampur-aduk dengan masalah politik."

Sementara itu, harian China Daily yang juga dikelola negara dalam editorialnya menyalahkan cara China membangun kota-kotanya yang terlalu cepat. Media menambahkan, "Proses industrialisasi China belum selesai. Di tengah-tengah proses urbanisasi yang cepat, sangat mendesak bagi China untuk berpikir bagaimana proses tersebut dapat terus maju tanpa mengorbankan kualitas kehidupan perkotaan dengan lingkungan hidup yang semakin buruk," katanya.

China Daily juga menyerukan kepada lima juta pemilik mobil di Beijing dan para pejabat pemerintah yang menggunakan mobil milik negara untuk memikirkan kembali kebiasaan mengemudi mereka. Harian itu juga mendesak pemerintah untuk mengatasi "polutan yang dipancarkan industri".

Level asap mereda di Beijing, Senin ini. Angka PM2.5 berada di tingkat 400 mikrogram di pusat kota Beijing. Namun, krisis itu masih mendominasi diskusi di Sina Weibo, sejenis Twitter versi China yang sangat populer di negara itu.

"Polusi ini membuat saya sangat marah," kata salah satu pengguna Sina Weibo, yang juga mem-posting foto dirinya sedang mengenakan masker.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com