BEPERGIAN jarak jauh menjadi lebih mudah dan cepat menggunakan pesawat. Tak heran, pesawat saat ini jadi salah satu transportasi andalan masyarakat. Namun, apa jadinya jika perusahaan yang memproduksi banyak pesawat unggulan di dunia justru bermasalah?
Inilah yang terjadi dengan Boeing, produsen pesawat terbesar di dunia yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data dari laman resmi Boeing, lebih dari 10.000 pesawat komersial mereka kini sedang beroperasi di seluruh penjuru dunia. Namun belakangan, pesawat-pesawat keluaran Boeing justru terkenal dengan kualitas keamanannya yang mengkhawatirkan.
Baru-baru ini, Boeing kembali jadi pusat perhatian setelah kematian mendadak Joshua Dean, seorang pengungkap fakta (whistleblower) masalah di tubuh Boeing. Keluarga Dean mendeskripsikannya sebagai sosok yang aktif dan sehat. Namun, Dean dikabarkan jatuh sakit dan meninggal dunia hanya dua minggu setelahnya.
Baca juga: Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing
Dean seorang mantan auditor kualitas di perusahaan pemasok Boeing, Spirit AeroSystem. Sebelum dirinya dipecat tahun lalu, dia mengajukan pengaduan kepada Federal Aviation Administration (FAA) terkait “pelanggaran serius dan kotor yang dilakukan manajemen kualitas senior pada lini produksi Boeing 737” di Spirit.
Seorang whistleblower yang lain, John Barnett, juga tewas pada Maret lalu. Barnett ditemukan tidak bernyawa dengan luka tembakan yang diduga dilakukan Barnett sendiri.
Barnett sebelumnya bekerja sebagai manajer kualitas di program 787 Dreamliner. Barnett mengaku, ia didorong untuk membuat pesawat secepat mungkin demi memaksimalkan keuntungan, dan hal inilah yang ia nilai sebagai penyebab dari praktik yang tidak aman.
Barnett sempat mengatakan kepada BBC bahwa pada beberapa kasus, para pekerja yang berada di bawah tekanan terpaksa memasang suku cadang di bawah standar pada pesawat saat produksi.
Boeing membantah klaim Barnett. Namun, kematian Barnett yang terjadi di kala sidang hukum terkait tuntutannya terhadap Boeing telah menarik perhatian publik terhadap perusahaan tersebut.
Kematian Dean dan Barnett menyisakan setidaknya 10 pengungkap fakta Boeing lainnya yang terdiri dari mantan pekerja dan karyawan aktif Boeing.
“Orang-orang ini adalah pahlawan. Begitu juga dengan semua pelapor. Mereka menyukai perusahaan ini dan ingin membantu perusahaan menjadi lebih baik,” kata pengacara, Brian Knowles kepada The New York Post. “Mereka tidak bersuara untuk menjengkelkan atau mencari ketenaran. Mereka menimbulkan kekhawatiran karena nyawa orang-orang dipertaruhkan.”
Terlepas dari kematian para pengungkap fakta Boeing, seberapa bermasalahkah perusahaan itu sebenarnya?
Begitulah Dennis Tajer mendeskripsikan perasaannya saat menerbangkan Boeing 737 Max. Tajer yang juga juru bicara utama Allied Pilots Association merasa bahwa saat ini Boeing tidak lagi “mengikuti proses” yang sempat membuat ia merasa aman dengan pesawat Boeing selama lebih dari tiga dekade.
Di sisi lain, para eksekutif di kantor pusat Boeing yang terletak di Arlington tiap hari dikepung berita buruk. Reputasi mereka perlahan hancur akibat tekanan dari berbagai pihak termasuk maskapai penerbangan.
Masalah Boeing pada tahun ini pertama kali timbul di awal Januari, tepatnya saat pintu keluar darurat pesawat baru Boeing 737 Max yang tidak digunakan terlepas hanya sesaat setelah pesawat tersebut lepas landas dari Bandara Internasional Portland (AS). Laporan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS mengungkap bahwa empat baut yang dimaksudkan untuk memasang pintu dengan aman ke pesawat belum dikencangkan dengan maksimal.
Tak ada yang mengalami cedera serius dari insiden tersebut. Meski begitu, Boeing dilaporkan harus menjalani investigasi kriminal. Tak hanya itu, Boeing juga menerima gugatan hukum dari para penumpang.