Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Penderitaanku di Kamp Perbudakan Scammer di Myanmar"

Kompas.com - 02/05/2024, 15:53 WIB
Egidius Patnistik

Editor

Sumber BBC

RAVI pergi dari Sri Lanka, masuk ke Thailand dan memimpikan kehidupan yang lebih baik untuk dia dan istrinya. Mereka baru saja menikah.

Namun, pria 24 tahun itu mendapati dirinya terjebak di hutan Myanmar. Dia disiksa karena menolak untuk melakukan penipuan terhadap ribuan pria kaya yang kesepian dalam apa yang disebut sebagai penipuan asmara atau romance scams (para penipu berpura-pura tertarik secara romantis pada korbannya untuk memanipulasi dan mencuri uang mereka).

“Mereka menanggalkan pakaian saya, memaksa saya duduk di kursi dan menyetrum kaki saya. Saya pikir itu adalah akhir hidup saya," kata Ravi kepada BBC.

Ravi merupakan nama samaran. BBC dengan sengaja tidak menampilkan nama aslinya demi melindungi identitas pria itu.

Baca juga: Kemenlu Tengah Selamatkan 5 WNI yang Terjerat Bisnis Online Scam di Myanmar

“Saya menghabiskan 16 hari di sel karena tidak mematuhi perintah mereka. Mereka hanya memberi saya air yang dicampur puntung dan abu rokok untuk diminum,” tutur Ravi.

Namun itu bukan bagian yang terburuk. Lima atau enam hari kemudian, dua gadis dibawa masuk dan diperkosa beramai-ramai di depan matanya.

“Ketika saya menyaksikan hal tersebut, saya takut, 'Apa yang akan dilakukan orang-orang ini terhadap saya?' Saat itulah saya mulai ragu bahwa mereka akan membiarkan saya tetap hidup,” kata Ravi.

Pada Agustus 2023, PBB memperkirakan lebih dari 120.000 orang, sebagian besar adalah para pria dari Asia, dipaksa untuk bekerja di fasilitas-fasilitas yang dibangun untuk melakukan penipuan terorganisir (scam centre) di Myanmar seperti yang dialami Ravi.

Faslitas-fasilitas penipuan itu mendapat pasokan tenaga kerja dari banyak calon pekerja migran dari seluruh dunia. Pihak berwenang Sri Lanka mengatakan, mereka mengetahui setidaknya 56 warganya terjebak di empat lokasi berbeda di Myanmar. Walau Duta Besar Sri Lanka untuk Myanmar, Janaka Bandara, mengatakan kepada BBC bahwa delapan dari mereka baru-baru ini telah diselamatkan dengan bantuan pihak berwenang Myanmar.

Tergoda Janji Gaji Tinggi

Ravi merupakan salah satu calon pekerja migran itu yang tergoda oleh janji pekerjaan di bidang entri data dengan gaji pokok 370.000 rupee (Rp 19,4 juta).

Spesialis komputer itu mengambil kesempatan tersebut. Gaji yang dijanjikan merupakan bayaran yang tidak dapat ia impikan di Sri Lanka, yang sedang dilanda krisis ekonomi.

Dia pun berani berutang 250.000 rupee (sekitar Rp 13 juta) untuk membayar perekrutnya.

Ravi kemudian tiba di Bangkok pada awal tahun 2023. Namun dia langsung dikirim ke Mae Sot, sebuah kota di Thailand bagian barat.

“Kami dibawa ke sebuah hotel, tetapi segera diserahkan kepada dua pria bersenjata. Mereka membawa kami ke Myanmar dengan menyeberangi sungai,” ujar Ravi.

Ravi dan rombongannya berakhir di Myawaddy, kota yang baru-baru ini menjadi pusat pertempuran antara rezim militer yang merebut kekuasaan tiga tahun lalu, dan pasukan anti-kudeta .

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com