Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gotthard Base Tunnel, Terowongan Kereta Api Terpanjang di Dunia

Kompas.com - 01/02/2024, 12:07 WIB
Egidius Patnistik

Penulis

TEROWONGAN Dasar Gotthard (Gotthard Base Tunnel/GBT) di Swiss tercatat sebagai terowongan kereta api terpanjang di dunia. Panjang terowongan yang mulai dioperasikan pada 1 Juni 2016 itu adalah 57 kilometer (km).

Terowongan itu terletak di bawah kawasan Saint-Gotthard Massif di Pegunungan Alpen Lepontine di Swiss selatan.

Tidak hanya tercatat sebagai terowongan kereta api terpanjang, Gotthard Base Tunnel (GBT) juga merupakan terwongan kereta api terdalam di dunia. Kedalaman maksimumnya 2.300 meter. 

Terowongan yang merupakan bagian dari proyek New Railway Link Alpen (NRLA) itu membentang dari Erstfeld, di Provinsi (Canton) Uri, ke Bodio, di Provinsi Ticino. Terowongan tersebut menyediakan jalur kereta api berkecepatan tinggi antara Eropa utara dan selatan, serta membentuk jalur kereta api utama antara Rotterdam di Belanda dan Genoa di Italia.

Terowongan tersebut menggantikan rute kereta api gunung yang lebih lama dengan jalur yang lebih datar dan lebih langsung, yang memungkinkan kereta barang dan penumpang bergerak lebih cepat melalui pegunungan Alpen. Terowongan itu secara signifikan meningkatkan kapasitas transportasi lokal melalui Alpen Swiss, menyediakan rute yang lebih cepat dan efisien dibandingkan melalui St. Gotthard Pass, Terowongan St. Gotthard yang lama (dibangun tahun 1872–80), atau Terowongan St. Gotthard Road (dibuka tahun 1980).

Baca juga: 5 Terowongan Kereta Api Terpanjang di Indonesia, Ada yang Masih Aktif 

Terowongan Gotthard yang nyaris tanpa kemiringan memungkin perjalanan kereta yang lebih berbeban berat dan lebih panjang dibandingkan melalui jalur lama dan telah meningkatkan kapasitas kereta barang dari sekitar 180 menjadi sekitar 260 kereta per hari.

Kereta penumpang di Terowowngan Gotthard melaju dengan kecepatan 200 km per jam dan dapat menyelesaikan perjalanan dari Erstfeld ke Bodio hanya dalam 20 menit. Kereta barang melaju dengan kecepatan minimum 100 km per jam. Empat hingga enam kereta barang dan hingga dua kereta penumpang melintas tiap jam di dua arah terowongan itu setiap hari.

Sejarah dan konstruksi

Ide visioner pertama pembangunan Terowongan Gotthard dibuat sketsanya oleh insinyur Carl Eduard Gruner tahun 1947. Pemerintah Swiss membentuk sebuah komite untuk mengevaluasi berbagai ide terowongan dasar pada tahun 1960-an dan secara resmi merekomendasikan pembangunan terowongan dasar Gotthard tahun 1970.

Tahun 1992, rakyat Swiss menyetujui resolusi pemerintah untuk membangun Swiss Rail Link melalui Pegunungan Alpen, yang menjadi permulaan resmi proyek tersebut. Selama beberapa tahun setelah, lubang eksplorasi dan penyelidikan lainnya dilakukan untuk menentukan rute terowongan yang paling menguntungkan secara geoteknik. Akhirnya ditetapkan di rute Erstfeld-Bodio.

AlpTransit Gotthard AG, anak perusahaan Swiss Federal Railways, bertanggung jawab atas pembangunan Terowongan Gotthard, yang secara resmi dimulai pada 4 November 1999.

Pembangunan GBT merupakan prestasi luar biasa dalam bidang teknik modern. Kualitas bebatuan yang tidak dapat diprediksi, ditambah dengan beratnya gunung di atasnya, serta suhu dan kelembapan ekstrem dalam pengunungan (tanpa ventilasi, suhu di dalam sistem pegunungan dapat mencapai 46 derajat Celcius) menimbulkan tantangan serius.

Pembangunan terowongan itu selesai setelah memakan waktu 17 tahun. Anggaran pembangunannya mencapai 12 miliar dolar AS (12,2 miliar franc Swiss). Sembilan pekerja meninggal dalam kecelakaan selama konstruksi terowongan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Pertemanan Rusia-China Makin Erat di Tengah Tekanan Barat

Internasional
Praktik 'Deepfake' di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Praktik "Deepfake" di China Marak, Youtuber Asal Ukraina Jadi Korban

Internasional
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Ramai soal Pengguna Media Sosial Blokir Artis-artis Ternama, Ada Apa?

Internasional
Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Jutaan Migran Tak Bisa Memilih dalam Pemilu Terbesar di Dunia

Internasional
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Gelombang Panas Mengakibatkan Kesenjangan Pendidikan

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com