Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tutup Kedubes di Republik Afrika Tengah

Kompas.com - 28/12/2012, 10:19 WIB

BANGUI, KOMPAS.com - Amerika Serikat akhirnya menutup kedutaan besarnya di Republik Afrika Tengah (CAR), Jumat (28/12/2012) malam. Ini berarti semua operasi kedutaan besar dihentikan di tengah kekhawatiran pemberontak berhasil merebut ibu kota Bangui.

"Duta Besar Lawrence Wohlers dan tim diplomatiknya meninggalkan Bangui bersama sejumlah warga negara AS," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri AS.

Seorang pejabat AS kepada AFP mengatakan Dubes Wohlers dan timnya meninggalkan Bangui pada Jumat (27/12) tepat tengah malam.

Lebih lanjut Kementerian Luar Neger AS menegaskan penutupan kantor kedubes AS di Bangui bukan berarti hubungan diplomatik dengan negeri itu dibekukan. Kemenlul juga meminta warga AS tidak bepergian ke negeri kaya mineral namun tak stabil itu.

"Keputusan ini diambil semata-mata untuk antisipasi masalah keamanan personil kedutaan besar. Ini tidak ada kaitannya dengan hubungan dengan CAR," sambung Kemenlu AS.

Sebelumnya, PBB juga menarik sebagian stafnya di negeri itu yang memiliki sejarah panjang kekerasan. Sedangkan Perancis sudah menugaskan pasukannya di jajahannya itu untuk mengamankan kedutaan besarnya di Bangui.

Meski mengirimkan pasukannya, Perancis dengan tegas pasukan itu tidak akan digunakan untuk membantu rezim Presiden Francois Bozize. Selain untuk melindungi kedutaan besar, pasukan Perancis juga ditugaskan melindungi warga dan kepentingan Perancis di negeri itu.

"Kehadiran kami bukan untuk melindungi rezim. Pasukan yang kami kirim adalah untuk melindungi warga dan kepentingan kami di sana. Kami tak ingin mencampuri urusan dalam negeri Republik Afrika Tengah," kata Presiden Perancis Francois Hollande.

Sebelumnya, Presiden Rapublik Afrika Tengah Francois Bozize terang-terangan meminta bantuan Perancis dan AS untuk mengusir pemberontak.

"Sehingga bisa memberi waktu pembicaraan damai di Libreville membuahkan solusi," ujar Bozize.

Perancis saat ini menugaskan 250 personil militernya di negeri itu sebagai bagian pasukan penjaga perdamaian. Di masa lalu Perancis pernah membantu rezim Bozize memukul mundur pemberontak, termasuk bantuan serangan udara pada 2006.

"Hari-hari itu (membantu Bozize) sudah lewat," Presiden Hollande menegaskan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com