Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Negosiasikan Pembebasan Warganya di Libya

Kompas.com - 11/06/2012, 12:08 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, Senin 11/6), mengatakan, ia telah berbicara dengan menteri senior Libya terkait penahanan pengacara Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) yang dituduh melakukan tindakan mata-mata. Pembicaraan itu memunculkan harapan bahwa perempuan pengacara tersebut akan segera dibebaskan.

Warga Australia, Melinda Taylor, ditahan Kamis lalu setelah bertemu Saif Al Islam yang berada dalam tahanan. Saif adalah putra dari diktator Libya, Moammar Khadafy, yang telah dibunuh. Taylor merupakan bagian dari empat orang tim ICC yang bertemu dengan Saif.

Menurut Carr, dirinya telah berbicara dengan Wakil Menteri Luar Negeri Libya, Mohammed Abdel Aziz, dan menyampaikan keprihatinnya tentang penahanan Taylor, yang sejauh ini tidak dapat berbicara kepada pejabat konsuler Australia atau suaminya. "Saya mengatakan bahwa keselamatannya sangat, sangat penting bagi kami," kata Carr kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC).

"Kami menginginkan akses untuk konsuler dan kami berharap kami dapat mendapatkan hal itu segera. Kami berharap kami dapat mendapatkan hal itu hari ini. Kami ingin ini diselesaikan dengan cepat sehingga ia (Taylor) bisa bergabung kembali dengan suaminya di Den Haag dan anak mereka yang berumur dua tahun."

Ia tidak mengomentari tuduhan terhadap Taylor (36 tahun), yang ditahan setelah bertemu dengan Saif di Kota Zintan, sekitar 180 kilometer dari Tripoli.

Ahmed Jehani, utusan Libya untuk ICC, mengatakan bahwa Taylor ditahan karena perempuan diketahui "bertukar berkas dengan Saif Al Islam". Jehani menuduh Taylor membawa sebuah pena berkamera dan surat dari Muhammad Ismail, mantan tangan kanan Saif yang kini buron.

Menurut Jehani, surat itu berisi gambar-gambar dan simbol-simbol, sebuah "kode" yang hanya bisa dimengerti oleh si pengirim dan si penerima, yaitu Saif. "Menurut hukum Libya, hal itu merupakan mata-mata, berkomunikasi dengan musuh," kata utusan itu.

Carr mengatakan, ia telah diberitahu bahwa Taylor tidak ditahan di penjara atau dalam tahanan dan bahwa ia aman dan dalam kondisi baik. Dia "tidak ditahan milisi, bukan pula oleh para pejuang kemerdekaan tetapi oleh polisi peradilan, demikian sebutan untuk mereka, dan karena itu Taylor menjadi tanggung jawab Jaksa Agung Libya", katanya.

Tim ICC berada di Libya untuk membantu Saif dalam memilih pengacara dan ICC mengatakan bahwa kunjungan tersebut telah disetujui kepala jaksa Libya. ICC yang berkantor pusat di Den Haag ingin mengadili Saif (39 tahun) atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun rezim baru Libya menginginkan Saif diadili di pengadilan dalam negeri. Sementara para mantan pemberontak di Zintan yang menahan salah satu putra Khadafy itu menolak untuk mengirim Saif ke Tripoli. Mereka takut, ia mungkin akan melarikan diri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com