Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Situs Patiayam Kudus

Kompas.com - 13/12/2011, 05:06 WIB

Berada di Kota Kudus, Jawa Tengah, akan sayang jika kita tidak mengunjungi dan menyempatkan diri ke Patiayam. Di tempat ini ada situs purba Patiayam yang terletak di Pegunungan Patiayam, Dukuh Kancilan, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Situs Patiayam merupakan bagian dari Gunung Muria.

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pena Kampus, Universitas Muria Kudus, Sabtu (26/11), mengunjungi situs ini. Ini merupakan salah satu upaya peserta LPM untuk belajar membuat reportase tentang situs Patiayam.

Mustofa, juru kunci situs, menjelaskan, situs Patiayam memiliki persamaan dengan situs purba lainnya, seperti Sangiran, Trinil, Mojokerto, dan Nganjuk. Keunggulan situs Patiayam adalah fosilnya utuh karena tertimbun abu vulkanik halus.

Saat kami menjelajahi area Patiayam, terlihat di wilayah sekitar situs tidak ada sungai besar sehingga fosil tidak berpindah lokasi karena erosi. Keadaan ini berbeda dengan situs purbakala di tempat lain. Biasanya fosil ditemukan pada endapan sungai.

Situs Patiayam merupakan kubah (dome) dengan ketinggian puncak (bukit Patiayam) sekitar 350 meter di atas permukaan laut. Di sini terdapat batuan dari zaman Plestosen yang mengandung fosil vertebrata, dan manusia purba yang terendap di sungai dan rawa-rawa.

Masih menurut Mustofa, sejak 2 Oktober 2005, pemerintah menetapkan lokasi ini sebagai kawasan benda cagar budaya. Penetapannya melalui Surat Keputusan Kepala Balai Pelestarian Purbakala Jawa Tengah nomor 988/102.SP/BP3/P.IX/2005.

Penemuan situs

Mustofa juga menunjukkan beberapa temuan dan sejarah penemuan situs Patiayam. Situs tersebut pertama kali ditemukan tahun 1979 oleh Dr Yahdi, ahli geologi dari Institut Teknologi Bandung. Pertama kali Yahdi menemukan sebuah gigi geraham dan tujuh pecahan tengkorak manusia purba. Tiga tahun kemudian, 1982 ditemukan gading Stegodon sepanjang 3,5 meter dan geraham manusia oleh warga yang sedang mencangkul di tegalan di perbukitan Patiayam. Pada 2002 warga kembali mendapatkan beberapa temuan.

Pada 2005 di lubang galian pasir berukuran 2 x 1,5 meter kembali ditemukan serpihan fosil. Penemuan ini berjarak sekitar 100 meter dari lokasi penemuan sebelumnya. Warga menyebut fosil tersebut sebagai Watu Butho (batu raksasa), karena ukuran fosil yang besar dan keras.

Penemuan terakhir terjadi pada penggalian tahun 2007. Pada penggalian ini ditemukan gading Stegodon trigonocephalus dengan panjang 3,7 meter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com