Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapakah Mubarak dan Keluarganya

Kompas.com - 31/01/2011, 13:23 WIB

KOMPAS.com Dengan mempertahankan cengkeraman tangan besinya di Mesir selama 30 tahun, Hosni Mubarak disejajarkan dengan Firaun. Namun, meski kekayaan pribadinya—diperkirakan mencapi 31 miliar dollar AS—bisa diperbandingkan dengan penguasa kuno negara itu, popularitasnya di kalangan rakyat Mesir tidak meyakinkan.

Selama kekuasaannya yang tanpa perlawanan, ia memang relatif berhasil mempertahankan stabilitas negara sambil menikmati hubungan baik dengan Barat dan Israel. Namun, itu bukan tanpa harga. Banyak lawannya mengeluhkan kemiskinan, korupsi, dan kebrutalan yang dilakukan negara.

Mubarak menikah dengan Suzanne, putri seorang perawat dari Pontypridd, Wales, Inggris. Mantan perwira angkatan udara yang sudah berumur 82 tahun itu lolos setidaknya enam kali dari upaya pembunuhan. Ia lahir tahun 1928 di desa Kahel-el-Meselha di Delta Sungai Nil dan lulus dari Akademi Militer Mesir tahun 1949. Ia sepertinya ditakdirkan untuk berkarier di angkatan bersenjata.

Setelah perang Arab-Israel tahun 1973, ia dipromosikan menjadi marsekal di angkatan udara. Setelah itu terbukalah pintu ke kekuasaan politik. Sebagai seorang pelayan setia Presiden Anwar El-Sadat, ia diangkat menjadi wakil presiden tahun 1975 dan memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan Mesir dengan Barat.

Kariernya ke jabatan politik tertinggi terjadi pada Oktober 1981 ketika Presiden Sadat dibunuh oleh ekstremis Islam. Didukung oleh kondisi negara yang senantiasa darurat, Mubarak memperkokoh jabatannya dengan menentang ekstremisme Islam dan menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat.

Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair menikmati keramahan Mubarak di vila mewahnya di resor Laut Merah Sharm-el-Sheikh ketika Blair berlibur di sana dengan keluarganya. Keluarga Mubarak juga diketahui memiliki properti di Los Angeles, Washington, dan New York, serta aset yang tersimpan dalam rekening bank di Amerika Serikat, Swiss, dan Inggris.

Simpatinya kepada dunia Barat mungkin dapat dijelaskan dengan istrinya yang setengah Inggris, Suzanne, yang ibunya, Lily Mei Palmer, tumbuh di lembah South Wales. Ibu dari Suzanne bekerja sebagai perawat di utara London ketika dia bertemu dengan seorang dokter anak Mesir, Saleh Thabet.

Sebagai ibu negara Mesir, Nyonya Mubarak, yang diduga telah melarikan diri ke London sejak kerusuhan pecah sering membanggakan akar Welsh-nya. Dalam sebuah wawancara dua tahun lalu ia berkata, "Saya masih punya sepupu di Inggris. Saya nyaman dalam dua budaya, dua bahasa, dua dunia itu, dan itu membantu. Itulah yang saya inginkan bagi dunia Arab, bagi anak-anak dari sejak usia yang sangat dini untuk mulai menghargai budaya lain."

Presiden Mubarak dan istrinya punya dua putra, Alaa dan Gamal, yang keduanya awalnya berkarier di bidang keuangan. Alaa, yang tertua, tetap low profile dan tidak menunjukkan minat pada politik. Namun, Gamal, sekarang 47 tahun, telah lama dipandang sebagai calon pewaris kursi presiden ayahnya. Setelah lulus dari Universitas Amerika di Kairo, Gamal memulai karier di perbankan investasi, bekerja untuk Bank of America di Mesir, dan kemudian di London.

Gamal menikah dengan Khadiga, yang 20 tahun lebih muda. Ia tinggal di sebuah rumah bertingkat lima di sebuah kawasan elite di Knightsbridge, Kairo. Karier politik Gamal dimulai tahun 2000 ketika ayahnya mengangkat dia menduduki jabatan di Sekretariat Jenderal Nasional Partai Demokrat. Gamal menyatakan bahwa ia punya dua tokoh politik yang dikaguminya, yaitu Winston Churchill karena melawan Nazi Jerman dan Margaret Thatcher karena reformasi radikal bagi ekonomi Inggris. Tentang kekagumannya kepada Thatcher, ia gambarkan, "Saya tinggal di London selama tahun-tahun itu dan saya bisa menyaksikan metamorfosis luar biasa negara itu."

Meski di depan umum ia menyangkal soal keinginan menggantikan ayahnya, banyak pengamat melihat suksesi kekuasaan, dari ayah ke anak itu, sebagai hal yang tak terelakkan. Namun, dengan cengekeraman Mubarak yang melemah dalam hitungan jam, menyusul protes antipemerintah yang memasuki hari ketujuh pada hari ini (Senin, 31/1/2011) , dia dan keluarganya akan segera mencari rumah baru di negara yang mau menampung mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com