Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Banda Lebih Berharga dari New York

Kompas.com - 12/08/2010, 09:56 WIB

KOMPAS.com — Pada satu masa, Pulau Run, sebuah pulau kecil di Kepulauan Banda, Maluku, bernilai lebih tinggi daripada kota New York di Pulau Manhattan yang kala itu dinamakan Nieuw Amsterdam.

Itulah ironi sejarah, pada paruh terakhir abad ke-17, bangsa Inggris dan Belanda berulang kali terlibat perebutan daerah penghasil rempah. Semasa itu, sekantong rempah bernilai lebih mahal dari sekantong emas dengan bobot yang sama!

Serikat Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) dan Serikat Dagang Hindia Timur Inggris (EIC) bersaing ketat dan sering terlibat konflik terbuka. Bahkan, terjadi pembantaian warga Inggris di benteng Belanda di Ambon yang dikenal sebagai Amboyna Massacre yang memicu kemarahan Inggris.

Letnan Kolonel (Pur) TNI AL C Kowaas, yang melanglang buana pada tahun 1964 bersama KRI Dewa Rutji, mengisahkan barter wilayah antara Inggris dan Belanda atas Pulau Run dan Nieuw Amsterdam hingga dampaknya tiga abad kemudian.

Perebutan rempah oleh bangsa Eropa di masa silam bisa diibaratkan persaingan di abad ke-20 dan ke-21 untuk memperebutkan sumber minyak Timur Tengah oleh negara maju dan sesama bangsa Arab.

”Pada tahun 2600 sebelum Masehi bangsa Mesir diketahui menggunakan rempah dari Asia untuk para pekerja yang membangun piramida agar memberi kekuatan tertentu. Dari bukti arkeologis diketahui rempah-rempah itu berasal dari Maluku. Konon urusan rempah ini turut membuat bangsa Aria hijrah ke wilayah Anak Benua, yakni India,” ujar Kowaas yang buku perjalanannya dengan Kapal Dewa Rutji akan diterbitkan ulang oleh Penerbit Buku Kompas.

Catatan perjalanan Marco Polo ke Asia menjadi acuan bagi bangsa-bangsa Eropa yang berusaha mencari jalan ke Asia dan sumber rempah-rempah. Ketika itu, pada masa Medieval, perdagangan di Timur Jauh dan Timur Tengah dikuasai bangsa Tionghoa, Arab, India, dan di Eropa para saudagar Venisia.

Setelah Khalifah Barat, yakni wangsa Umayah, dikalahkan bangsa Spanyol dan Portugis di Semenanjung Andalusia, barulah bangsa-bangsa di Eropa Barat berlomba mencari jalan ke Timur Jauh, negeri sumber rempah.

Bandar Malaka direbut Portugis tahun 1511 sebagai pembuka jalan ke Kepulauan Maluku. Pada tahun 1512, Banda dan Maluku akhirnya ditemukan pelaut Portugis. Terbukalah perdagangan langsung bangsa Barat ke sumber rempah-rempah.

Pertarungan Spanyol dan Portugis berlangsung hingga seabad lamanya. Pada peralihan abad ke-16, kekuatan maritim sudah beralih kepada dua kekuatan baru: Inggris dan Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com