Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putusan MK Titik Terang Keluarga Korban Trisakti

Kompas.com - 26/02/2008, 19:33 WIB

JAKARTA, SELASA - Karsiah Sie kehilangan anak semata wayangnya Hendriawan Sie, salah satu mahasiswa Trisakti yang menjadi korban pada tanggal 12 Mei 1998. Menurut Karsiah, saat peristiwa itu terjadi Hendriawan masih berusia 20 tahun, dengan semangat mudanya, ia dan teman-teman menggelar aksi di jalan untuk meruntuhkan rezim otoriter Orde Baru. Tapi, sungguh malang, peluru menghantam tubuh Hendriawan, ia pun ambruk.

Namun, pengorbanan Hendriawan dan teman-temannya tidak sia-sia, orde baru berganti menjadi orde reformasi, namun siapa dalang yang bertanggung jawab atas terbunuhnya Hendriawan tetap tertutup kabut tebal dan gelap. Karsiah mengaku kadang ia merasa lelah. "Selama sepuluh tahun kami merasa terombang-ambing, saya lelah. Sampai sekarang kasusnya belum tuntas-tuntas, belum ada kemajuan," kata Karsiah usai konferensi pers untuk penuntasan kasus Tragedi Trisakti dan Semanggi (TTS), Selasa, (26/2).

Melihat kurangnya niat pemerintah dan DPR dalam menyelesaikan kasus TTS, membuat Karsiah kecewa terhadap kedua lembaga itu, walaupun para korban mendapatkan penghargaan bintang jasa Adi Pratama Pejuang Reformasi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Menyangkut penghargaan, Karsiah pernah bertanya kepada Presiden, mengapa menggunakan label pejuang dan bukan pahlawan reformasi? "Bukan pahlawan karena mereka meninggal bukan dalam peperangan," kata Karsiah mengutip jawaban Presiden Yudhoyono kepadanya.

Penghargaan, bagi Karsiah tidaklah cukup. Ia dan keluarga korban Tragedi Trasakti dan Semanggi lainnya ingin kasus yang menimpa anggota keluarga mereka segera dituntaskan. Berbagai cara sudah mereka tempuh, seperti bolak-balik mendatangi DPR. "DPR selalu menolak untuk membentuk pengadilan HAM berat, itu yang membuat kita sangat kecewa, kalau kita menghadap selalu tidak ditanggapi, selalu janji-janti terus," tutur Karsiah sambil tersedu.

Setelah menunggu sepuluh tahun dalam ketidakjelasan, keluarga korban kembali menemukan titik terang baru. Putusan Mahkamah Konstitusi No.18/PUU-V/2007 yang membatasi kewenangan DPR RI dalam menentukan suatu kasus termasuk pelanggaran HAM atau tidak, memungkinkan dibentuknya pengadilan HAM Adhoc terhadap kasus TTS.

"Saya berharap (dengan adanya putusan MK), kasus Tragedi Trisakti dan Semanggi bisa terangkat kembali. Selain itu, saya juga berharap segera terbentuk pengadilan HAM adhoc, karena kalau tidak terbentuk pengadilan HAM adhoc, kasus ini akan buntu terus," ujar Karsiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com