INDIA, SELASA - Sebuah bom meledak di Bhutan, Senin waktu setempat, yang terakhir dari serangkaian ledakan yang dituduhkan pada etnik Nepal di pengasingan dan dirancang untuk mengganggu pemilihan umum parlemen negara kerajaan Himalaya itu bulan depan, kata polisi.
Tidak ada yang cedera dalam ledakan itu, yang terjadi di distrik wilayah selatan Samtse, dimana dua bom lain ditemukan dan dijinakkan.
Front Revolusioner Bersatu Bhutan (URFB), sebuah kelompok bersenjata yang dibentuk baru-baru ini untuk memperjuangkan hak-hak penduduk etnik Nepal yang diasingkan pada 1991, mengklaim bertanggung jawab atas ledakan itu dan memperingatkan akan serangan-serangan lebih lanjut kecuali jika pemilihan umum 24 Maret dibatalkan.
"Itu adalah awal dari perjuangan kami melawan pemerintah dan akan terus berlangsung sampai kami mencapai tujuan kami," kata Karma, yang mengidentifikasi dirinya sebagai panglima tertinggi URFB, dalam sebuah pernyataan.
Polisi Bhutan mengatakan kepada Reuters, sasaran ledakan itu adalah sejumlah petugas pemilu yang berada di dua kantor di dekat lokasi serangan tersebut.
Komisi pemilu negara itu melarang keikutsertaan penduduk etnik Nepal yang tinggal Bhutan dan puluhan ribu orang yang melarikan diri dari negara kerajaan kecil itu atau diusir pada 1991 karena memprotes diskriminasi dan menuntut demokrasi.
Kelompok-kelompok seperti URFB, Pasukan Macan Bhutan, Partai Maois Bhutan dan Partai Komunis Bhutan bangkit dari amarah rakyat Nepal Bhutan yang menuntut hak untuk memberikan suara.
"Perubahan-perubahan baru di Bhutan tidak akan menguntungkan semua orang Bhutan kecuali satu kelompok kecil," kata Karma.
Source: REUTERS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.