Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erdogan Serukan Unjuk Rasa Diakhiri

Kompas.com - 08/06/2013, 02:42 WIB

ISTANBUL, Jumat - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Jumat (7/6), tiba kembali di negaranya yang sedang diguncang protes antipemerintah. Di tengah sambutan riuh massa pendukungnya, ia menyerukan agar aksi unjuk rasa di seluruh negeri segera diakhiri.

Erdogan juga mendesak massa pendukungnya dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) untuk pulang. Tak mau kalah dengan massa antipemerintah, massa pendukung Erdogan juga menggelar unjuk kekuatan dengan menggelar aksi besar-besaran di sekitar Bandar Udara Istanbul untuk menyambut Erdogan pulang dari lawatan empat hari di luar negeri.

Massa pro-Erdogan itu melambai-lambaikan bendera Turki dan berseru ”Kami akan mati untuk Anda, Erdogan!” dan ”Mari kita hancurkan mereka semua!”. Kelompok propemerintah ini lebih banyak berdiam diri selama tujuh hari demonstrasi antipemerintah yang diwarnai kekerasan di sebagian besar wilayah Turki.

Menahan diri

”Saya menyerukan agar demonstrasi segera diakhiri, terutama bagi mereka yang telah kehilangan kepercayaan demokratisnya dan berubah menjadi vandalisme,” kata Erdogan dalam pidato setelah pulang dari lawatan ke Tunisia.

Diapit istri dan para pembantu terdekatnya, Erdogan memuji para pendukungnya karena selama ini telah menahan diri dan tak terpengaruh gelombang unjuk rasa antipemerintah. Erdogan menekankan bahwa dirinya hanyalah ”hamba” dari setiap warga negara Turki.

Di Alun-alun Taksim di Istanbul, pusat aksi protes antipemerintah, terdengar teriakan ”Tayyip mundur!” saat massa menyaksikan siaran pidato Erdogan di bandara.

Di ibu kota Ankara, bergema pula slogan-slogan antipemerintah. Massa demonstran menari atau menyanyikan lagu kebangsaan Turki.

Sebelumnya, puluhan ribu demonstran antipemerintah kembali marah di kota-kota di seluruh negeri dan menyerukan pengunduran diri Erdogan. Kerusuhan nasional ini dipicu kemarahan terhadap apa yang oleh massa antipemerintah disebut sebagai tumbuhnya gejala otoritarianisme Erdogan.

Ketika berbicara di Tunis, Tunisia, menjelang kembali ke tanah airnya, Erdogan menegaskan klaimnya bahwa ekstremis dan agitator asing terlibat dan harus disalahkan atas kekerasan di Turki. Dia mensinyalir ada kelompok ekstremis yang bermain.

Pemerintah Barat, termasuk AS, yang memandang Turki sebagai salah satu sekutu anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Timur Tengah, telah menyampaikan keprihatinan atas krisis politik yang melanda Turki saat ini.(REUTERS/AFP/AP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com