Bandung, Kompas
Jalur ke Priangan Timur, misalnya, kerusakan terjadi di daerah industri, terutama di depan Kahatex, kawasan pabrik garmen seluas 116 hektar di Bandung timur.
Menurut sejumlah warga, kerusakan itu sudah terjadi dalam tiga bulan terakhir. Namun, belum ada tindakan dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Kerusakan ini juga dikeluhkan para sopir angkutan yang setiap hari melewati jalur itu.
”Saya harus menambah biaya bensin karena mobil tak bisa dikendarai dengan cepat. Saya khawatir mengenai lubang dan cepat merusak onderdil,” kata Asep (32), sopir angkutan umum Sumedang-Bandung, Senin (3/6).
Biasanya, untuk satu kali perjalanan Bandung-Sumedang atau arah sebaliknya, Asep membeli 30 liter bensin. Kini, akibat jalan rusak parah, ia mesti membeli bensin sekitar 45 liter. Selain boros bahan bakar minyak (BBM), kerusakan jalan juga memicu kemacetan panjang dan menyita waktu.
Di wilayah Tanjungsari, Sumedang, misalnya, jalan di depan pasar yang rusak membuat kendaraan besar berhati-hati saat melintas. Saat kondisi normal, wilayah itu memang kerap macet karena pasar tumpah. Namun, dengan adanya jalan rusak, kemacetan makin menjadi-jadi.
”Payah sekali saya membawa batubara dari Cirebon ke Bandung. Jalannya jelek,” ujar Khaeruddin (39), sopir yang mengangkut batubara dari Pelabuhan Cirebon menuju Rancaekek, Bandung. Perjalanan darat biasanya ditempuh empat-lima jam, tetapi kini bisa tujuh jam akibat jalan yang rusak.
Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Jawa Barat mencatat, dalam sehari jalur Cirebon-Bandung dilintasi 200 truk pengangkut batubara dan 200-250 truk pengangkut pasir. Padahal, bobot angkutan batubara bisa mencapai 30-35 ton per truk. Angkutan pasir juga bisa 1,5 kali lebih berat dari batubara.
Problem infrastruktur tak hanya soal jalan rusak. Di Rancaekek, Kabupaten Bandung, pedagang kaki lima—yang setiap hari membuka pasar di depan pabrik tekstil Kahatex—juga kerap memicu kemacetan panjang.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengakui, kelebihan tonase menjadi salah satu penyebab rusaknya jalan di Jabar.