Empat kelompok akar rumput paling berpengaruh di Suriah, Rabu (29/5), menuding Koalisi Nasional (NC) gagal mewakili berbagai pandangan dari lapisan bawah. Fakta ini, kata mereka, menandakan bahwa blok antirezim ini sudah semakin jauh dan teralienasi dari kondisi nyata di medan perang.
Keempat kelompok itu, yang sejak awal menginisiasi gerakan penggulingan Assad pada Maret 2011, mengecam NC. ”Tidak ada keraguan, kepemimpinan NC telah gagal memenuhi tanggung jawabnya untuk mewakili revolusi besar rakyat Suriah di tubuh organisasi, tingkat politik, dan kemanusiaan,” kata aktivis empat kelompok akar rumput itu.
Mereka menuntut perwakilan di NC yang tak merepresentasikan kepentingan seluruh oposisi. Mereka tak mau mengakui kelompok politik yang gagal mewakili suara akar rumput.
NC bertemu di Istanbul pekan lalu untuk membahas kemungkinan mereka bergabung dengan inisiatif perdamaian yang dipimpin AS dan Rusia guna mengakhiri perang.
Konflik serupa juga terjadi di tubuh pasukan oposisi di medan tempur, terutama oleh kehadiran kubu garis keras dan ekstremis, yang sangat ditentang oleh Tentara Pembebasan Suriah (FSA). FSA berulang kali mengecam NC terlalu elitis.
Wartawan Kompas,
Ketua Dewan Militer Aleppo Kolonel Abdul Jabbar al-Akidi mengancam akan memindahkan peperangan di Suriah ke Lebanon. Hal itu sebagai reaksi atas keterlibatan Hezbollah dalam pertempuran di kota Al-Qusair dan kota lain di Suriah.
Akidi meminta Lebanon segera menggunakan pengaruhnya untuk menghentikan keterlibatan Hezbollah. Ia berjanji mempertahankan Al-Qusair berapa pun harganya dari serangan pasukan rezim dan Hezbollah.
Sebelumnya, Komandan FSA Mayor Jenderal Salim Idris memberi ultimatum kepada Presiden Lebanon, Sekretaris Jenderal Liga Arab, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa agar segera mengeluarkan Hezbollah dari Suriah dalam waktu 24 jam. Jika ultimatum diabaikan, pasukan oposisi akan menghadapi Hezbollah di mana pun berada.
Perang Suriah mulai terasa ke Lebanon. Serangan silih berganti menghajar wilayah di Lebanon yang dihuni Syiah dan Sunni. Stasiun televisi Al Arabiya memberitakan, pesawat tempur Suriah, Rabu, menggempur target di Kota Arsal, Lebanon.
Sementara itu, rencana Rusia mengirim sistem pertahanan udara canggih S-300 ke Rusia menuai polemik antara Rusia dan Israel. Moskwa menilai sistem pertahanan udara akan menangkal kemungkinan intervensi militer ke Suriah.