Jakarta, Kompas
Di sisi lain, ekspor Indonesia ke Ukraina masih didominasi minyak kelapa sawit mentah (CPO). Oleh karena itu, pemerintah mendorong perlunya diversifikasi ekspor Indonesia ke Ukraina.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami mengatakan itu, Jumat pekan lalu, di Kiev, Ukraina. ”Sekitar 50 persen ekspor Indonesia ke Ukraina dalam bentuk CPO,” katanya.
Tidak banyak jenis komoditas Indonesia yang diekspor ke Ukraina meski potensi ekspornya sangat besar. Ekspor CPO Indonesia mencapai lebih dari 200 juta dollar AS dari total nilai ekspor Indonesia ke Ukraina yang mencapai 548,9 juta dollar AS tahun 2012.
Di luar CPO, ada ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT), sepatu olahraga, dan produk kehutanan. ”Kita harus melakukan diversifikasi produk ekspor ke sini (Ukraina),” katanya.
Di sisi lain, potensi pasar di Ukraina cukup besar sebagai salah satu tujuan ekspor nontradisional. Dengan PDB mencapai sekitar 7.500 dollar AS per kapita dan jumlah penduduk Ukraina 45 juta orang, pasar di Ukraina cukup menjanjikan.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan juga akan mengirim surat ke perwakilan Indonesia di luar negeri agar menggunakan produk rotan Indonesia. Produk rotan perlu diperkenalkan di Ukraina. Impor Indonesia dari Ukraina adalah besi bekas, baja, dan produk mesin.
Produk-produk utama yang diekspor Indonesia ke Ukraina selain CPO adalah bijih nikel, minyak hewan dan minyak sayur, batubara, kertas dan kertas karton dan artikelnya, kulkas, pakaian pria dan pakaian anak-anak pria, lysine and its esters.
Ukraina merupakan negara yang menduduki peringkat ke-32 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia. Sementara sebagai pemasok menduduki peringkat ke-30. Di antara negara ASEAN yang ekspor ke Ukraina, Indonesia berada diperingkat utama. Selain Indonesia ada Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina.
Kegiatan misi dagang Indonesia ke Ukraina ini sekaligus mendukung pameran tunggal Windows to Indonesia, yang