Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia agar Nasihati Pyongyang

Kompas.com - 17/05/2013, 02:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Rakyat Korea Selatan meminta Indonesia dan juga negara-negara yang tergabung dalam organisasi kawasan Asia Tenggara (ASEAN) bisa ”menasihati” Korea Utara agar menghentikan program nuklirnya dan tunduk pada aturan internasional.

Sebagai negara kekuatan menengah (middle power), yang juga dinilai punya pengaruh besar di kawasan, Indonesia diharapkan mampu membawa kedua pesan itu untuk disampaikan kepada Pyongyang.

Permintaan itu disampaikan Wakil Ketua Majelis Nasional (National Assembly) Republik Korea (Korsel) Park Byeong- seug seusai menyampaikan pidato pembukaan diskusi publik Korea-Indonesia Forum 2013 di Jakarta, Kamis (16/5).

”Tolong sampaikan juga kepada negara ASEAN lain soal keinginan (rakyat) Korsel itu. Indonesia dan ASEAN diharapkan bisa menyampaikannya juga kepada Korut. Intinya, jika Pyongyang bersedia mematuhi dua persyaratan itu, perdamaian di Semenanjung Korea pasti akan lebih lancar dan Korsel siap memberi dukungan ekonomi kepada Korut,” ujar Park.

Lebih lanjut, saat ditanya tanggapannya atas keinginan ASEAN memfasilitasi pertemuan kedua Korea di ajang Forum Kawasan ASEAN (ARF), yang rencananya digelar Juli mendatang, Park juga mengaku menyambut baik.

Seperti diwartakan, rencana itu disuarakan ASEAN saat bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-22 akhir April lalu di Bandar Seri Begawan, Brunei. Rencana itu juga disuarakan saat para menteri luar negeri ASEAN menggelar pertemuan pendahuluan (AMM).

”Parlemen Korsel sangat berterima kasih pada tawaran itu. Namun, harus dipahami juga kalau Korut tidak minta dimoderatori, tetapi ingin langsung berkomunikasi dengan Amerika Serikat,” ujar Park.

Keinginan itu, katanya, tentu tidak bisa begitu saja dipenuhi sebelum mereka terlebih dahulu mencapai kesepakatan damai dengan Korsel.

Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies Rizal Sukma menilai, walau bermanfaat, tawaran mempertemukan kedua Korea di ARF tak akan banyak berdampak positif bagi penuntasan krisis di Semenanjung Korea.

”Forum itu hanya bermanfaat sebagai tempat di mana keduanya bisa bertemu dalam pertemuan sampingan, tetapi untuk menyelesaikan krisis nuklir pastinya tidak semudah itu,” ujar Rizal. Krisis Korea, kata Rizal, sangat dipengaruhi dua faktor, yaitu kekuatan negara adidaya, seperti Amerika Serikat (AS) dan China, serta prioritas dari Korut sendiri.

Korsel kritik Jepang

Pemerintah Korea Selatan mengkritik dan menilai kunjungan pembantu Perdana Menteri Jepang, Isao Iijima, ke Pyongyang, Selasa (14/5), sebagai ”tak membantu” dan memperlemah kekompakan di antara mereka dalam menghadapi negeri komunis Korut.

Selain Korsel, Pemerintah AS pun terkejut dengan kunjungan itu. Kekecewaan disuarakan juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel, Cho Tai-young, dan perwakilan AS di Korut, Glyn Davies, secara terpisah.

”Sangatlah penting AS dan dua sekutu terdekatnya (Jepang dan Korsel) terus bekerja secara tandem. Dengan pertimbangan itu, kami pikir kunjungan Iijima ke Korut sama sekali tak membantu,” ujar Cho.

Sementara saat berbicara di Tokyo, Davies mengaku tak mau berspekulasi tentang apa yang telah terjadi dan memilih menunggu penjelasan Pemerintah Jepang.

Namun, langkah Jepang itu disambut positif oleh China lewat juru bicara Kementerian Luar Negeri-nya, Hong Lei.(AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com