Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukacita di Balik Lezatnya Buah Kiwi

Kompas.com - 07/05/2013, 20:30 WIB

Tahun ini menjadi tahun pertama bagi Roger memanen kiwi jenis sun gold.

Sebelumnya ia menanam kiwi hijau (sweet green). Kebunnya per hektar menghasilkan 22 ton buah kiwi kelas satu yang ia sebut rasanya sebagai super-tasty. Enak tenan.

Paguyuban petani

Roger Hoebers adalah salah satu petani buah kiwi Selandia Baru yang terhimpun dalam Zespri, organisasi petani buah kiwi dari Bay of Plenty. Sebanyak 80 persen hasil kiwi dari Selandia Baru ditanam di daerah ini dan diekspor ke 50 negara, termasuk Indonesia.

Kompas berkunjung ke pusat penghasil buah kiwi di Selandia Baru itu bersama undangan lain dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Hongkong, dan Bahrain. Rombongan diundang oleh Zespri. Organisasi ini benar-benar melindungi kepentingan 2.600 petani kiwi di negeri itu. Mereka benar-benar mengabdi pada kepuasan konsumen, dan hasilnya memang luar biasa. Tahun lalu mereka menyumbang pemasukan negara sebesar 1,6 miliar dollar Selandia Baru, sekitar Rp 13,28 triliun.

”Pada masa panen ini kami mengalami musim panas yang bagus dengan sinar matahari yang melimpah. Cuaca seperti ini yang membikin buah kiwi menjadi semakin enak,” kata Blair Hamill, General Manager Global Supply, Zespri, pertengahan April lalu, di Taurangga, Selandia Baru.

Sebagai gambaran, pada panen tahun 2012, petani kiwi yang tergabung dalam Zespri menghasilkan 410.000 ton kiwi yang dipetik dari 2.700 kebun dengan luas total 12.500 hektar. Jutaan kiwi itu kemudian dikapalkan dalam 55 pengapalan, mengangkut 6.880 kontainer yang dilengkapi pendingin.

Meski tingkat konsumsi buah kiwi Indonesia masih tergolong rendah, dibandingkan Jepang, Korea atau Thailand, negeri ini sangat menjanjikan sebagai pasar. ”Terutama dengan munculnya kelas menengah baru di Indonesia,” kata Blair Hamill yakin.

Kelas menengah ditengarai sebagai masyarakat yang sadar mengonsumsi makanan. Eating with reason, katanya. Riset Zespri menunjukkan, mereka mengonsumsi buah dengan pertimbangan rasa dan manfaat kesehatan.

Melayani konsumen

Petani kiwi dalam Zespri itu bekerja dengan orientasi melayani konsumen. Dari tahapan, tanam, petik, pemeriksaan kualitas buah, pengepakan, pengiriman, riset, penelitian, dilakukan sangat cermat dan teliti.

Kompas mengunjungi perusahaan pengepakan dan penyimpanan buah kiwi Trevelyan’s Pack and Cool Ltd di Te Puke, kota kecil berjarak 28 km dari Bay of Plenty. Perusahaan rekanan Zespri ini melayani pengepakan kiwi untuk 220 kebun. Buah melewati beberapa tahapan penyeleksian. Jika didapati buah yang dianggap cacat, buah akan dikembalikan kepada petani dengan catatan teknis untuk perbaikan di kemudian hari.

Dengan proses sedetail itu, Trevelyan’s pada tahun 2012 mengemas 8.097.254 tray kiwi (satu tray atau baki berisi 30-an buah). Trevelyan’s memastikan tidak satu buah pun yang tak layak bisa lolos pengiriman.

Setelah diberi label Zespri, kiwi disimpan dalam gudang pendingin bersuhu nol derajat celsius. Kompas yang sempat masuk ke gudang penyimpanan kiwi tanpa jaket hanya tahan 3 menit.

Kiwi kemudian dikapalkan dalam kontainer yang dilengkapi pengatur suhu. Untuk sampai Jakarta perlu waktu pengapalan sekitar 18-22 hari. Temperatur selalu dijaga untuk pengiriman kiwi sampai ke tangan konsumen dalam kondisi optimal.

Para petani kiwi itu memang bekerja secara serius, tekun, tetapi penuh sukacita. ”Saya menikmati bekerja di orchard dengan penuh sukacita, sepenuh jiwa (full of passion). Ini sudah menjadi gaya hidup kami, petani kiwi,” kata Roger Hoebers.

Prinsip mereka tidak muluk-muluk. Pada ruang kerja Trevelyan’s, misalnya, terpampang moto Success is not doing extraordinary things, but doing ordinary things extraordinarily well (Sukses bukanlah melakukan hal yang luar biasa, tetapi melakukan hal yang biasa secara luar biasa bagus).

Dengan prinsip tersebut, buah kiwi dari petani Zespri mengembara ke berbagai penjuru dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com