Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suriah Bantah Tudingan

Kompas.com - 29/04/2013, 02:56 WIB

Damaskus, Minggu - Rezim Suriah, Sabtu (27/4), membantah telah memakai senjata kimia dalam melawan pihak oposisi. Militer tidak pernah menggunakan senjata kimia karena hal itu melanggar hukum internasional dan peraturan perang serta terkait isu kemanusiaan dan moral.

Bantahan Suriah tersebut disampaikan Menteri Informasi Omran al-Zohbi di situs Russia Today, media yang didanai Kremlin. ”Pertama-tama saya ingin mengonfirmasi pernyataan Amerika Serikat dan Inggris tidak sesuai dengan realitas,” kata Zohbi.

Rusia adalah sekutu dekat Suriah. Zohbi lalu menyebut AS dan Inggris sebagai pembual besar atau, menurut istilahnya, mereka telah melakukan sebuah ”kebohongan yang tidak tahu malu”.

Kamis lalu, Pemerintah AS mengungkap dugaan bahwa rezim Bashar al-Assad telah memakai senjata kimia dalam skala kecil. Presiden AS Barack Obama pernah memperingatkan Assad bahwa isu penggunaan senjata kima adalah ”garis merah” yang tak boleh dilanggar.

Perdana Menteri Inggris David Cameron menambahkan, mulai terungkap bukti penggunaan senjata kimia oleh militer Suriah. Masalah itu dinilai ”amat serius”. AS dan Inggris akan bertindak jika telah memiliki bukti kuat.

Menurut Zohbi, militer Suriah tidak pernah sedikit pun menggunakan senjata kimia. ”Saya ingin menekankan sekali lagi, Suriah tak akan pernah memakai senjata kimia. Bukan saja karena patuh kepada hukum internasional dan aturan perang, tetapi juga karena masalah kemanusiaan dan moral,” ujar Zohbi.

Gas beracun

Koalisi oposisi utama Suriah menantang sanggahan Zohbi. Merujuk pada laporan pasukan oposisi di Deraya, dekat Damaskus, koalisi mengatakan ada bukti gas beracun telah digunakan militer Assad. Rudal-rudal ”yang membawa hulu ledak berisi gas beracun” ditembakkan pada Kamis dan Jumat lalu di kota itu.

Saat hulu ledak itu meledak di udara, ”tampak segumpalan awan gas besar”, kata saksi mata. Menyusul ledakan itu, terjadi 42 kasus warga tersedak dengan reaksi alergi parah dan muntah-muntah hebat.

Laporan lapangan itu menguatkan pernyataan Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel bahwa rezim Suriah telah memakai gas perusak saraf yang disebut gas sarin. Sebelumnya petinggi militer Israel, Brigadir Jenderal Itai Brun, dalam konferensi keamanan di Jerusalem, memaparkan bukti foto para korban yang mulutnya berbusa, pupil mengecil, dan gejala lain akibat gas sarin.

Koalisi oposisi Suriah meminta investigasi internasional atas kasus tersebut. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon mendesak Damaskus mengizinkan tim investigasi PBB masuk Suriah.

Zohbi menegaskan, Suriah tak percaya pada investigasi PBB karena akan memutarbalikkan fakta, kecuali jika Rusia ikut di dalamnya. (AFP/AP/BBC/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com