Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Kawin Kontrak Marak di India

Kompas.com - 15/04/2013, 14:54 WIB
HYDERABAD, KOMPAS.com — Seorang remaja perempuan berusia 17 tahun mengungkapkan maraknya bisnis kawin kontrak di India. Para pelanggan bisnis ini biasanya adalah para pria Timur Tengah dan Afrika, mereka bisa "menyewa" perempuan selama sebulan untuk berperan sebagai istri.

Para aktivis hak-hak perempuan mengatakan, "kawin kontrak" adalah perbuatan ilegal di India dan dilarang dalam Islam. Namun, "kawin kontrak" justru marak di Hyderabad, di India selatan.

Di sini, orang-orang asing yang kaya, para agen lokal dan qazis—ulama yang ditunjuk pemerintah—justru mengeksploitasi kemiskinan warga Hyderabad untuk menjalani "kawin kontrak" ini.

Salah satu korban, Nausheen Tobassum (17), melarikan diri dari kediamannya, setelah orangtuanya memaksa dia menikahi seorang pria paruh baya asal Sudan. Pria Sudan ini sudah membayar 1.200 poundsterling atau hampir Rp 18 juta agar Nausheen menjadi istrinya selama satu bulan.

Kepada polisi, Nausheen mengatakan dia dibawa bibinya ke sebuah hotel tempat dia bersama tiga gadis lain dikenalkan kepada seorang pejabat perusahaan minyak asal Sudan, Usama Ibrahim Mohammed (44).

Usama, yang sudah memiliki istri dan dua anak di Khartoum, Sudan, akhirnya tiba di kediaman Nausheen bersama seorang ulama untuk menggelar upacara pernikahan.

Berdasarkan keterangan seorang perwira polisi setempat, Inspektur Vijay Kumar, Usama sudah membayarkan uang sebesar Rp 18 juta kepada bibi Nausheen, Mumtaz Begum.

Mumtaz lalu memberikan Rp 12 juta kepada orangtua Nausheen, serta masing-masing Rp 900.000 untuk sang ulama yang akan menikahkan mereka dan seorang penerjemah. Sisa uangnya masuk ke kantong Mumtaz.

Di dalam sertifikat pernikahan tertera perjanjian terkait perceraian akan dilakukan di akhir kontrak, yaitu saat masa liburan Usama di India berakhir.

"Hari berikutnya pria itu datang dan meminta si gadis untuk berhubungan badan dengannya. Namun, dia menolak," kata Inspektur Kumar kepada The Telegraph.

Orangtua Nausheen kemudian meyakinkan pria Sudan itu bahwa mereka akan membujuk Nausheen agar mau melayani Usama. Bahkan, orangtua Nausheen berjanji akan menghukum putri mereka jika terus menolak.

Akibat terus dipaksa, Nausheen akhirnya kabur dari kediamannya di kawasan Moghulpuri, Hyderabad dan kemudian ditolong polisi yang tengah berpatroli.

Setelah mendengar kisah Nausheen, polisi kemudian menangkap si pria Sudan, bibi Nausheen, dan sang ulama. Polisi juga menerbitkan surat perintah penahanan untuk orangtua Nausheen. Sesuai undang-undang India, Nausheen masih dalam katagori anak-anak dan baru bisa menikah pada usia minimal 18 tahun.

Banyak kasus

Inspektur Kumar mengatakan, banyak terdapat perkawinan kontrak di Hyderabad. Pria Sudan yang ditahan itu datang ke Hyderabad karena mendengar cerita kawannya soal mengontrak "istri 40 hari" di kota ini.

"Jika seorang Sudan ingin berhubungan seksual, maka di Sudan dia harus membayar tiga kali lebih mahal karena tak banyak perempuan di sana, atau dia harus mengambil istri kedua," lanjut Kumar.

"Harga orang India bagi orang Sudan jauh lebih murah, dan perempuan India juga sangat cantik. Bahkan jika mereka hanya tinggal beberapa hari di Hyderabad, mereka tetap melakukan kawin kontrak ini," Kumar menegaskan.

Kumar mengatakan, orang asing, terutama dari Timur Tengah dan Afrika, memilih melakukan kawin kontrak karena memanfaatkan jasa PSK dilarang dalam Islam. Sementara itu, keluarga India yang miskin mau menjalankan kawin kontrak demi mendapatkan uang untuk kebutuhan keluarganya.

Shiraz Amina Khan dari Komunitas Kesejahteraan Anak dan Perempuan Hyderabad mengatakan terdapat sekitar 15 perkawinan kontrak di Hyderabad setiap bulan dan jumlah itu terus meningkat.

"Mereka datang ke Hyderabad karena di kota ini banyak keluarga miskin. Sebanyak 30-40 persen keluarga memilih kawin kontrak untuk sedikit mengurangi beban kemiskinan mereka. Ini harus dihentikan," kata Shiraz.

Nausheen Tobassum kini tinggal di sebuah panti asuhan milik pemerintah. Dia ingin hal ini tak menimpa gadis-gadis lainnya.

"Mereka mengeksploitasi anak-anak perempuan, itu sebabnya saya melapor ke polisi. Saya harus mengumpulkan keberanian untuk melaporkan orangtua saya sendiri ke polisi," kata Nausheen.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com