Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abbas Setuju Fayyad Mundur

Kompas.com - 15/04/2013, 02:40 WIB

Ramallah, Minggu - Rumor konflik antara Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad dan Presiden Mahmoud Abbas terjawab. Abbas menyetujui pengunduran diri Fayyad, Sabtu (13/4), setelah Fayyad mengajukan pengunduran diri dari jabatan yang diembannya sejak tahun 2007.

Meski demikian, Abbas meminta Fayyad terus memangku jabatannya sementara waktu sampai pemerintahan baru terbentuk. Adapun Amerika Serikat berusaha keras agar Fayyad bertahan dan tidak meninggalkan posisinya sebagai PM.

Berbagai rumor menyebutkan, Fayyad mengundurkan diri atau dipaksa mundur oleh Abbas. Pemicunya adalah perbedaan pandangan keduanya atas portofolio keuangan. Isu Fayyad akan mundur beredar luas setelah Dewan Revolusioner Fatah untuk pertama kalinya secara terbuka mengkritik kebijakan ekonominya.

Abbas menunjuk Fayyad sebagai PM Palestina pada 2007 untuk menggantikan tokoh Hamas, Ismail Haniya. Hal ini dilakukan setelah Hamas menguasai Jalur Gaza.

Pujian dan kritik

Fayyad meraih pengakuan internasional yang luas bagi pembangunan Palestina. Dia dipuji karena menggunakan ratusan juta dollar AS donasi internasional untuk membangun infrastruktur dasar, seperti jalan, sekolah, dan sarana kesehatan di Tepi Barat.

Fayyad, politisi independen, menjadi bulan-bulanan kritik internal karena Otoritas Palestina menghadapi krisis keuangan terburuk. Kritikan paling tajam datang dari gerakan Fatah yang berkuasa, bulan lalu. Fatah terang-terangan menuding kebijakan ekonomi Fayyad tidak efektif meredam krisis itu.

Fayyad dan Abbas berbeda pendapat tajam atas kebijakan keuangan, ekonomi, dan kekuasaan PM. Pengunduran diri doktor ekonomi lulusan Universitas Texas, Austin, AS, ini terjadi beberapa hari setelah Washington memberi dorongan baru untuk memulai lagi dialog damai dengan Israel yang lama macet.

Abbas menerima surat pengunduran diri Fayyad setelah pertemuan singkat di markas presiden Muqataa di Ramallah, Tepi Barat. Beberapa pejabat menjelaskan, meski langsung menyetujui langkah Fayyad, Abbas juga meminta ahli ekonomi berusia 61 tahun itu melaksanakan sementara tugas PM.

”PM Fayyad telah bertemu dengan Presiden Abbas selama setengah jam. Dia telah resmi mengajukan pengunduran diri tertulis,” kata seorang pejabat Palestina. ”Abbas setuju untuk menerima pengunduran diri Fayyad,” kata seorang pejabat Palestina dan kantor berita Palestina, Wafa.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Nabil Qassis juga sudah mundur. Fayyad menyetujui pengunduran diri Qassis pada 2 Maret 2013. Saat itu, Abbas yang berada di luar negeri menolaknya. Fayyad merangkap jabatan menteri keuangan dan PM sebelum Qassis diangkat, Mei 2012.

AS sempat melobi

Sementara Washington sempat melobi dan meminta bekas pegawai Bank Dunia itu untuk bertahan, Kamis lalu, sehari setelah menguatnya isu pengunduran diri Fayyad. Jumat malam, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menelepon Abbas meminta agar dia menemukan kesamaan pandangan dengan Fayyad.

Menyusul perkembangan terbaru, Sabtu, Washington memuji ”peran penting yang dimainkan Presiden Abbas dan PM Fayyad” dalam melahirkan sebuah negara Palestina. Hal itu disampaikan juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Caitlin Hayden.

”PM Fayyad telah menjadi sekutu kuat menuju komunitas internasional dan pemimpin yang mempromosikan pertumbuhan ekonomi, pembangunan negara, dan keamanan rakyat Palestina,” katanya.

Dua opsi

Sementara itu, wartawan Kompas Musthafa Abd Rahman yang memantau perkembangan politik Palestina dari Kairo, Mesir, melaporkan, kini ada dua opsi bagi Abbas setelah mundurnya Fayyad. Opsi pertama adalah pemerintah rekonsiliasi nasional Palestina.

Sesuai dengan kesepakatan rekonsiliasi Hamas-Fatah di Doha, Qatar, Februari 2012, Abbas akan menjalankan sekaligus tugas sebagai presiden dan PM dalam pemerintahan sementara hingga terselenggaranya pemilu parlemen dan presiden.

Jika opsi ini yang akan diambil, Abbas harus menunggu terwujudnya rekonsiliasi. Dalam konteks ini, Abbas harus bekerja sama dengan kekuatan regional, seperti Mesir, Qatar, Arab Saudi, dan Turki, untuk mempercepat terwujudnya rekonsiliasi itu.

Pada KTT Liga Arab di Doha, akhir Maret lalu, Emir Qatar Sheikh Hamd bin Khalifah al Thani mengusulkan digelar KTT Arab mini khusus di Kairo untuk membahas rekonsiliasi Palestina. Sejauh ini belum ditentukan jadwal KTT Arab mini tersebut.

Opsi kedua adalah pengakuan terhadap adanya dua pemerintahan di Jalur Gaza dan Tepi Barat, seperti yang terjadi sejak tahun 2007. Jika Abbas memilih opsi ini, beberapa media Palestina menyebut ada dua kandidat kuat sebagai PM Palestina mendatang. Dua kandidat kuat itu adalah ketua badan investasi Palestina, Muhammad Mustafa, dan Rektor Universitas An-Najah di Nablus, Rami Hamdalah.

Muhammad Mustafa dikenal sebagai orang dekat Abbas sehingga disebut-sebut sebagai kandidat terkuat untuk menggantikan Fayyad. Adapun Rami Hamdalah dinilai lebih mendapat dukungan dari faksi Fatah.

Pertemuan Abbas dan Fatah dalam beberapa hari mendatang akan menentukan pilihan mana yang akan diambil oleh Abbas.(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com