Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebuah Pelajaran dari Kegagalan AS

Kompas.com - 24/03/2013, 10:37 WIB

Bremer, dalam sebuah wawancara dengan harian berbahasa Arab, Asharq Al-Awsat, beberapa waktu lalu, mengaku salah mengambil keputusan itu.

Wolfowitz, dalam wawancara dengan koran Inggris The Sunday Telegraph, edisi Minggu (17/3/2013), juga mengakui, AS banyak melakukan kesalahan di Irak sehingga muncul gelombang kekerasan tak terkontrol.

Menurut Wolfowitz, di antara kesalahan besar AS di Irak adalah membubarkan angkatan bersenjata Irak, gagal memprediksi tingkat perlawanan pasca- tumbangnya rezim Saddam, dan AS langsung mengambil alih kekuasaan dengan menunjuk Bremer sebagai penguasa di Irak.

Setelah keputusan itu, situasi di Irak segera menjadi anarki. Rangkaian kekerasan yang terjadi hampir setiap hari ibarat mata rantai yang tak pernah putus. Hampir setiap hari ada tentara AS di Irak yang tewas akibat serangan di seantero Irak.

Siapa lawan dan siapa kawan menjadi rancu di Irak. Di sana-sini muncul gerakan perlawanan dengan berbagai nama. Jaringan Al Qaeda pun segera masuk ke Irak dengan memanfaatkan situasi kacau itu. Para mantan anggota militer Irak yang sangat terlatih ditengarai telah bergabung dengan berbagai gerakan perlawanan terhadap pasukan pendudukan AS.

Memperburuk situasi

Sistem politik yang dibangun AS di Irak juga dinilai turut memperburuk situasi di negara itu. Pasalnya, sistem politik tersebut berbasis sentimen etnis dan mazhab agama. Maka, partai-partai politik yang lahir pada era pasca-Saddam terpilah antara Sunni, Syiah, dan Kurdi.

Pola persaingan antarpartai tidak sebatas di ranah politik saja, tetapi juga menyentuh sentimen mazhab antara Sunni dan Syiah atau etnis Arab dan Kurdi.

Ironisnya, persaingan atau konflik antarkelompok di Irak sering tak diselesaikan lewat dialog, melainkan kekerasan. Aksi kekerasan yang terjadi pun sering digalang oleh kalangan elite politik Irak dan tak sedikit yang dilatarbelakangi sentimen mazhab atau sektarian.

Mantan utusan khusus AS untuk perdamaian Timur Tengah, Dennis Ross, kepada harian Asharq Al-Awsat edisi Senin (18/3), mengatakan, pelajaran berharga dari Irak adalah penggantian rezim hendaknya dilakukan dari dalam negara yang bersangkutan, tidak bisa dipaksakan dari luar.

Perjalanan waktu semakin menunjukkan, invasi AS ke Irak hanya membawa petaka. Apalagi, senjata pemusnah massal yang dijadikan dalih invasi tak pernah ditemukan sampai detik ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com