Selain konflik internal di NC, tantangan besar yang dihadapi Hitto adalah mendapat pengakuan kelompok oposisi yang bertempur di lapangan. Seiring dengan gerak maju oposisi menguasai wilayah utara dan timur Suriah, dewan lokal dan kelompok bersenjata mengisi kekosongan pemerintahan dengan menggelar patroli keamanan. Mereka membangun pabrik roti, menjalankan pengadilan dan penjara sendiri.
Belum jelas apakah kelompok lokal yang telanjur berkuasa ini akan menerima penguasa baru dari luar Suriah. Apalagi, pemimpin baru mereka menghabiskan beberapa dekade di luar negeri.
”Bagaimana bisa seorang warga sipil datang dan berkata kepada mereka, ’Gantungkan senjata, kini giliran kami memerintah’?” kata Adib Shishakly, wakil NC untuk Dewan Kerja Sama Negara-negara Teluk (GCC).
Anggota NC juga mengungkapkan kurangnya dukungan internasional untuk memperluas pengaruh.
Sementara itu, pihak oposisi dan rezim Assad saling menuduh pihak lainnya telah menggunakan senjata kimia di Aleppo, Selasa pagi. Kantor berita resmi Suriah, SANA, dan Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh pihak oposisi telah meledakkan bom berisi zat kimia, yang belum diketahui jenisnya, dan menewaskan 25 orang.
Pihak oposisi balik menuduh pasukan rezim menembakkan rudal berisi senjata kimia ke wilayah Khan al-Assal di Provinsi Aleppo itu.(AP/AFP/REUTERS/was/DHF)