Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oposisi Pilih Pakar TI sebagai PM

Kompas.com - 20/03/2013, 03:06 WIB

Istanbul, Selasa - Krisis politik di Suriah memasuki babak baru dengan terpilihnya Ghassan Hitto sebagai perdana menteri di wilayah Suriah yang dikuasai pihak oposisi. Eksekutif perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Amerika Serikat itu dipilih dalam sidang Koalisi Nasional Suriah, di Istanbul, Turki, Selasa (19/3) dini hari.

Sidang Koalisi Nasional (NC), kelompok oposisi utama Suriah, berlangsung cukup alot. Hitto terpilih setelah pertemuan berlangsung 14 jam. Keberhasilan oposisi memilih PM secara tidak langsung memperkuat posisi mereka menghadapi pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.

Hitto masuk ruang sidang tak lama setelah dinyatakan menang dengan mengumpulkan 35 dari 49 suara anggota NC. Kedatangan dia disambut tepuk tangan dan sorak-sorai peserta sidang.

”Rakyat Suriah, kami bersama Anda. Dengan perkenan Tuhan, kita akan mengalahkan rezim Assad,” ujar Hitto pada wartawan.

NC memberi waktu satu bulan kepada Hitto untuk membentuk pemerintahan sementara. Pemerintahan Hitto diharap bisa menyatukan berbagai faksi oposisi yang berperang melawan Assad.

Pemerintahan sementara ini akan berbasis di wilayah Suriah yang dikuasai pihak oposisi. Mereka bertugas melayani warga Suriah yang mengalami kekurangan pangan, listrik, dan layanan medis akibat perang saudara.

Hitto sebelumnya tinggal di Texas, AS, dan selama 25 tahun bekerja di bidang telekomunikasi dan teknologi informasi, termasuk 16 tahun sebagai eksekutif. November lalu, dia mundur untuk bergabung dengan pihak oposisi.

Sejak itu, dia mengoordinasikan lembaga bantuan kemanusiaan NC yang berbasis di Turki. Juru bicara NC, Khaled al-Saleh, memuji hasil kerja Hitto, yang dinilai berhasil membangun hubungan diplomatik yang menjadi kunci untuk menggalang bantuan kemanusiaan internasional bagi pengungsi Suriah.

Hitto dianggap sebagai pilihan yang memuaskan faksi Islamis dan liberal di kubu oposisi. Namun, lebih dari 70 anggota NC keluar dari ruangan sebelum pemungutan suara karena Hitto mendapat dukungan kuat dari Ikhwanul Muslimin (IM).

”Kami tak ingin apa yang terjadi di Mesir terulang di Suriah. Mereka membajak revolusi kami,” ujar Kamal Labwani, anggota NC yang memboikot pemungutan suara. Faruk Tayfur dari IM membantah tuduhan itu. Dia mengatakan, dukungan IM diberikan karena Hitto adalah kandidat yang diusulkan NC.

Tantangan

Selain konflik internal di NC, tantangan besar yang dihadapi Hitto adalah mendapat pengakuan kelompok oposisi yang bertempur di lapangan. Seiring dengan gerak maju oposisi menguasai wilayah utara dan timur Suriah, dewan lokal dan kelompok bersenjata mengisi kekosongan pemerintahan dengan menggelar patroli keamanan. Mereka membangun pabrik roti, menjalankan pengadilan dan penjara sendiri.

Belum jelas apakah kelompok lokal yang telanjur berkuasa ini akan menerima penguasa baru dari luar Suriah. Apalagi, pemimpin baru mereka menghabiskan beberapa dekade di luar negeri.

”Bagaimana bisa seorang warga sipil datang dan berkata kepada mereka, ’Gantungkan senjata, kini giliran kami memerintah’?” kata Adib Shishakly, wakil NC untuk Dewan Kerja Sama Negara-negara Teluk (GCC).

Anggota NC juga mengungkapkan kurangnya dukungan internasional untuk memperluas pengaruh.

Sementara itu, pihak oposisi dan rezim Assad saling menuduh pihak lainnya telah menggunakan senjata kimia di Aleppo, Selasa pagi. Kantor berita resmi Suriah, SANA, dan Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh pihak oposisi telah meledakkan bom berisi zat kimia, yang belum diketahui jenisnya, dan menewaskan 25 orang.

Pihak oposisi balik menuduh pasukan rezim menembakkan rudal berisi senjata kimia ke wilayah Khan al-Assal di Provinsi Aleppo itu.(AP/AFP/REUTERS/was/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com