Bengkulu, Kompas -
Kepala Pusat Kesehatan Hewan Kabupaten Rejang Lebong Firi Asdianto, Minggu (3/3), di Rejang Lebong, mengatakan, kematian empat ayam di Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Curup Tengah, terjadi sejak 26 Februari lalu. Satu per satu ayam di sebuah kompleks perumahan mati mendadak. ”Hasil rapid test menunjukkan ayam yang mati memang positif flu burung. Yang mati ialah ayam bangkok dan ayam kampung,” ujarnya.
Pemilik ayam, kata Firi, memiliki 11 ayam. Untuk mencegah penyebaran virus flu burung, kandang unggas itu disemprot disinfektan secara rutin setiap hari. Ayam itu pun diisolasi dan tidak boleh dijual atau dipindahkan ke lokasi lain. Jika ada ayam mati lagi, bangkainya harus dikubur dan ditimbun, bukan dibuang di tempat sampah.
Meski demikian, untuk memutus rantai penyebaran virus, pemilik ayam tetap disarankan untuk memusnahkan ayam lain. Sejauh ini, pemilik ayam belum mau melakukan itu.
Firi mengaku terkejut dengan kemunculan kembali kasus flu burung di Rejang Lebong. Sebab, kasus flu burung di kabupaten itu terakhir kali terjadi pada 2011. Selama 2012 tidak ada lagi laporan kematian unggas akibat flu burung.
Selain di Rejang Lebong, Koordinator Local Disease Control Center Dinas Peternakan Bengkulu Emran Kuswadi menuturkan, 43 ayam di Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu, pada Januari 2013 juga mati akibat terkena flu burung. Kematian itu terjadi dua minggu setelah hampir 1.000 itik di Desa Sukarame, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu, juga mati karena flu burung. Itik tersebut dibeli dari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Firi mengakui, Rejang Lebong memiliki faktor risiko penyebaran flu burung yang tinggi.(adh)