Kairo, Kompas - Di tengah penjaga keamanan yang ketat, Selasa (22/1), rakyat Israel menggunakan hak pilih pada pemilu yang hampir pasti memberikan masa jabatan ketiga kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Setelah pagi yang sepi, pemilih mulai mengular di sejumlah tempat pemungutan suara di Jerusalem.
Wartawan
Pemungutan suara berlangsung mulai pukul 07.00 dan berakhir hingga pukul 22.00 waktu setempat, atau Rabu pukul 03.00 WIB. Hasil hitung cepat dapat segera diketahui setelah TPS ditutup. Israel mengerahkan 20.000 anggota aparat keamanan untuk mengamankan jalannya pemilu parlemen tersebut.
Berbagai jajak pendapat dan pengamat politik Israel meyakini, pemilu parlemen ini akan dimenangi oleh kubu kanan dan kanan radikal. Pemilu akan menyingkirkan kubu sentris dan kiri dari pemerintahan.
Dalam jajak pendapat terakhir, akhir pekan lalu, gabungan partai kanan dan kanan radikal bisa mendulang minimal 65 kursi Knesset, parlemen Israel. Hal itu memperkecil peluang perdamaian dengan Palestina, dan membuat Israel kian terisolasi di kancah masyarakat internasional.
Kemenangan pantai beraliran kanan dan kanan radikal membuat hasil yang ditunggu adalah siapa mitra koalisi gabungan partai Likud-Beiteinu, yang diperkirakan meraih suara terbanyak.
Yang paling dicemaskan ialah jika partai kanan radikal Bayit Yehudi mendapat suara signifikan dan dapat memaksakan masuk koalisi. Partai pimpinan tokoh muda karismatis Naftali Bennett ini memiliki basis dukungan penghuni permukiman Yahudi. Mereka menolak keras berdirinya negara Palestina dan mendukung perluasan permukiman Yahudi di Jerusalem Timur dan Tepi Barat.
Keunggulan Likud-Beiteinu membuat pimpinan partai politik lain menawarkan diri untuk bergabung dalam koalisi meski dengan sejumlah syarat.
Pemimpin partai sentris Hatnuah, Tzipi Livni, menyatakan bersedia bergabung selama gabungan partai pimpinan Netanyahu dan Avigdor Lieberman itu tidak mengikutsertakan Bayit Yehudi dalam koalisi.
Dukungan bersyarat juga disampaikan partai agama Shas. Ketua Shas, Aryeh Deri, menyatakan mendukung Netanyahu dengan catatan koalisi Likud-Beiteinu tidak mengajak partai sekuler, seperti Hatnuah dan partai baru Yesh Atid pimpinan Yair Lapid, dan malah mengabaikan partai agama.
Sebaliknya, Bennett, yang pernah menjadi kepala staf Netanyahu, juga memperingatkan Netanyahu agar tidak mengutamakan partai agama seperti Shas dan United Torah Judaism (UTJ) di atas partai Bayit Yehudi. Bennett berjanji partainya akan menjadi mitra koalisi yang tulus dalam pemerintahan yang dipimpin Netanyahu.