Pemerintah Aljazair telah menolak bantuan pasukan khusus dari AS dan Inggris, serta membatasi arus informasi dari lokasi penyanderaan. Hal itu telah membuat para pemimpin negara-negara asal sandera frustrasi.
Mereka juga menyayangkan langkah Aljazair yang buru-buru melakukan serangan hanya satu hari setelah drama penyanderaan terjadi.
Ruben Andrada (49), warga Filipina yang sempat menjadi sandera, mengatakan, mereka dipaksa mengenakan kalung berisi bahan peledak oleh para milisi itu, kemudian dijadikan tameng hidup. Kamis pagi, para sandera dimasukkan ke tujuh mobil SUV yang kemudian membawa mereka ke arah kilang.
Saat itulah helikopter tempur Aljazair mulai melepas tembakan. Empat mobil milisi hancur, dan mobil kelima, tempat Andrada berada, terguling. Ia dan beberapa sandera lain kemudian melarikan diri.(AP/AFP/Reuters/DHF)