Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisruh Konstitusi Coreng Revolusi

Kompas.com - 29/12/2012, 03:18 WIB

Kubu sipil/liberal makin marah karena mereka merasa sebagai penggerak revolusi melawan rezim Presiden Mubarak, tetapi kubu islamis yang menikmati hasil revolusi itu.

Di tengah makin runcingnya pertentangan mereka, tidak ada pilihan bagi mereka kecuali adu kekuatan di semua lini.

Presiden Mursi dan kubunya meminta Dewan Konstituante segera menyelesaikan rancangan konstitusi agar bisa diajukan dalam referendum.

Mursi menggunakan taktik cerdik dengan membekukan dekritnya pada 8 Desember. Namun, ia berkeras mengajukan rancangan konstitusi untuk disetujui rakyat melalui referendum, yang akhirnya digelar dalam dua tahap, yaitu pada 15 dan 22 Desember.

Taktik Mursi itu berhasil memecah barisan Front Penyelamatan Nasional (FPN) yang menjadi payung kubu oposisi. Salah satu pemimpin FPN, Hamdin Sabahi, memilih ikut referendum untuk memberi suara ”Tidak” atas rancangan konstitusi itu. Sementara pemimpin FPN yang lain, Mohamed ElBaradei, memilih memboikot referendum dan tetap menganggap rancangan konstitusi itu tidak sah.

Suara Sabahi lebih unggul atas suara ElBaradei di tubuh FPN sehingga front itu akhirnya memilih ikut referendum. Keikutsertaan FPN dalam referendum merupakan kemenangan pertama bagi Mursi.

Kemenangan kedua Mursi adalah mayoritas pemilih yang memberi suara ”Ya” dalam referendum itu. Kemenangan Mursi berlanjut setelah FPN juga memutuskan akan ikut pemilu parlemen mendatang.

Namun, di balik kemenangan itu, citra Mursi dan IM terpuruk karena Mursi dianggap ingkar janji. Saat berkampanye dalam pilpres putaran kedua, Mursi berjanji akan melahirkan konstitusi yang kompromistis. Mursi juga kehilangan citra sebagai presiden bagi seluruh rakyat Mesir. (Musthafa Abd Rahman, dari Kairo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com