Setelah itu, AS dan NATO mendukung Turki memasang rudal-rudal Patriot di perbatasan dengan Suriah. Ankara dan NATO menegaskan, penempatan rudal antirudal tersebut untuk melindungi Turki dari serangan rudal Suriah.
Hari Selasa, AS mengakui eksistensi NC Suriah sebagai perwakilan sah rakyat negara itu. AS juga melontarkan fakta terbaru tentang penggunaan rudal Scud oleh rezim Assad.
Langkah-langkah tersebut diduga menjadi bagian dari upaya internasional untuk mengisolasi rezim Assad. Hal itu juga berarti dunia internasional membuka jalan bagi bantuan kemanusiaan yang lebih besar masuk ke Suriah, termasuk bantuan logistik bagi pasukan oposisi.
Thomas Houlahan, analis militer pada Center for Security and Science, menduga, rudal-rudal yang digunakan Suriah adalah rudal Hwasong-6 buatan Korea Utara. Hwasong-6 adalah hasil pengembangan rudal Scud buatan Uni Soviet.
Karim Bitar, Direktur Riset Institute for International and Strategic Relations, menyatakan, penggunaan rudal-rudal Scud oleh rezim Assad merupakan indikasi kian dekatnya pertempuran penghabisan di Suriah.
”Pertempuran memperebutkan Damaskus akan segera dimulai, dan pertempuran ini bisa mengubah aturan permainan,” kata Bitar.
Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengaku sangat prihatin dengan eskalasi dan perkembangan terbaru situasi di Suriah tersebut.
Marty menyatakan, sudah
Marty akan menghadiri Konferensi Tingkat Menteri Ke-3 Forum Kontra Terorisme Global. Marty menambahkan, dalam pertemuan itu, dia berencana bertemu dengan Menlu Turki Ahmet Davutoglu dan beberapa menlu lain untuk membahas Suriah.
”Saatnya diplomasi bekerja. Sekadar info, saya kemarin bicara dengan Menlu Suriah tentang hal yang sama. Konsultasi masih terus berlanjut,” tulis Marty dalam pesan singkatnya itu.(REUTERS/AFP/AP/