Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban: Petraeus Seharusnya Dirajam

Kompas.com - 16/11/2012, 10:00 WIB
Kistyarini

Penulis

KOMPAS.com — Skandal seks yang menjatuhkan Kepala CIA David Petraeus mungkin menimbulkan kepedihan di Washington. Sebaliknya, bagi Taliban, peristiwa itu justru menimbulkan gelak tawa.

Petraeus mengundurkan diri dari posisinya di CIA pekan lalu setelah mengakui terlibat perselingkuhan dengan penulis biografinya, Paula Broadwell. Skandal menghebohkan ini mengakhiri karier cemerlang jenderal yang pernah  memimpin pasukan NATO dalam memerangi Taliban di Afganistan itu.

Seorang pejabat Taliban yang berwajah serius langsung terbahak-bahak ketika diminta berkomentar tentang skandal Petraeus oleh AFP di Pakistan.

"Dasar kurang ajar! Namun, semua orang Amerika sama, bukan sesuatu yang baru," kata pejabat Taliban yang tidak ingin namanya disebut itu.

Selama memimpin Afganistan pada 1966-2001, kelompok Islam garis keras itu menerapkan hukuman berat bagi para pezinah, antara lain, hukum cambuk di depan umum.

Aturan moral tradisional suku Pashtun, kelompok etnis yang mendominasi Taliban, juga menuntut hukuman keras bagi para pezinah.

"Menurut pandangan Pashtun, Petraeus harus ditembak oleh kerabat selingkuhannya," pejabat Taliban itu menjelaskan.

"Dari sudut pandang syariat, dia harus dihukum rajam sampai mati."

Petraeus, jenderal berbintang empat yang sudah menikah selama 37 tahun, mengundurkan diri dari jabatan kepala badan intelijen Amerika Serikat hanya tiga hari setelah Presiden Barack Obama terpilih kembali.

Skandal itu tidak berhenti pada Petraeus, tetapi juga pada pemimpin NATO di Afganistan saat ini, Jenderal John Allen, seorang agen FBI dan sosialita Florida.

Pejabat Taliban itu mengaku tidak terkejut dengan semua itu.

"Bertingkah laku seperti Itu sudah biasa bagi orang Amerika dan Barat—mereka hidup di lingkungan seks bebas dan orang-orang tidak memedulikan soal-soal seperti itu, jadi mau bilang apa lagi?" lanjutnya.

Sejauh ini, Gedung Putih mendukung Jenderal Allen dan Obama meyakinkan rakyat Amerika bahwa skandal itu tidak membahayakan keamanan nasional.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com